Malam Satu Suro
Warga Rela Datang dari Salatiga Hanya untuk Kungkum di Tugu Suharto Saat Malam Satu Suro
Wangi bau kemenyan semakin menguat saat angin berhembus. Sinar lampu senter menyinari gelapnya malam di bantaran Kali Garang.
Penulis: budi susanto | Editor: Rival Almanaf
TRIBUN-PANTURA.COM, SEMARANG - Wangi bau kemenyan semakin menguat saat angin berhembus.
Sinar lampu senter menyinari gelapnya malam di bantaran Kali Garang.
Puluhan masyarakat juga nampak memenuhi bantaran sungai tersebut.
Beberapa mengamati dari Tugu Suharto yang ada di tengah sungai.
Sedangkan lainya bersiap menuju sungai untuk berendam.
• Prakiraan Cuaca di Kabupaten Kendal Hari Ini Kamis 20 Agustus 2020, Cerah Berawan
• Eks Pelatih PSIS Semarang, Vicenzo Annese Kini Melatih Klub Liga India
• Jadwal Samsat Keliling di Kendal Hari Ini, Kamis 20 Agustus 2020, Hadir di Dua Lokasi
Meski malam semakin larut, namun animo masyarakat untuk berendam di sungai tak surut.
Bahkan mendekati tengah malam semakin banyak masyarakat yang turun ke sungai.
Puluhan masyarakat itu turun ke sungai untuk menjalankan tradisi kungkum atau berendam di Kali Garang saat malam satu suro.
Tradisi berendam itu sudah ada sejak puluhan tahun lalu.
Lokasi yang digunakan dalam tradisi kungkum berada dipertemuan aliran Kali Garang dan Kreo.
Pertemuan dua aliran sungai itu tepat di Tugu Suharto yang terletak di tengah sungai.
"Saya ingin menjalankan tirakat, dan berdoa," jawab Darmanto warga Salatiga yang hendak mengikuti tradisi malam satu suro dengan cara berendam tersebut.
Ia bersama masyarakat lainya nampak khusyuk menjalani tradisi kungkum di malam satu suro itu.
Bahkan hampir dua jam ia tak bergeming, lelaki berambut cepak itu tetap diam sambil berendam.
Sinar senter, dan dinginnya air sungai pun tak menggoyahkan tirakat yang dilakoninya.