Penanganan Corona
Hasil Rapid Test Antigen Jadi Syarat Bepergian, Bagaimana Akurasinya Dibanding Tes Covid-19 Lain?
Hasil Rapid Test Antigen Jadi Syarat Bepergian, Bagaimana Akurasinya Dibanding Tes Covid-19 Lain?
Hasilnya harus tetap dikonfirmasi dengan tes swab PCR yang lebih akurat.
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC) merekomendasikan rapid test antigen untuk screening Covid-19.
Terutama, untuk pasien tanpa gejala atau dengan kecurigaan kontak terhadap pasien Covid-19.
Sementara itu, Badan Kesehatan Dunia (WHO) merekomendasikan rapid test antigen untuk daerah transmisi komunitas terjadi luas dan pemeriksaan PCR tidak ada atau hasilnya muncul lambat.
Akan tetapi, melansir laman Harvard University, 16 Desember 2020, hasil negatif palsu cenderung lebih sering terjadi dengan uji antigen dibandingkan dengan uji molekuler.
Itu membuat Badan Pengawas Obat dan Makanan AS (FDA) tidak menggunakan tes ini sebagai tes tunggal untuk infeksi aktif.
Karena pengujian antigen lebih cepat, lebih murah, dan memerlukan teknologi yang tidak terlalu rumit untuk dilakukan daripada pengujian molekuler, beberapa ahli merekomendasikan pengujian antigen berulang sebagai strategi yang masuk akal.
2. Tes PCR
Masih dari laman Harvard University, tes PCR disebut juga tes RNA virus, tes molekuler, atau tes asam nukleat.
Cara mengetesnya dengan usap hidung, usap tenggorokan, dan tes air liur atau cairan tubuh lainnya.
Tes molekuler mencari materi genetik yang hanya berasal dari virus.
Terkait akurasinya, tingkat negatif palsu bervariasi tergantung pada berapa lama infeksi telah ada.
Adapun, negatif palsu adalah hasil tes yang mengatakan tidak memiliki virus padahal benar-benar terinfeksi virus.
Dalam sebuah penelitian tingkat negatif palsu adalah 20 persen saat pengujian dilakukan lima hari setelah gejala mulai, tetapi jauh lebih tinggi (hingga 100 persen) pada awal infeksi.
Sementara itu, tingkat positif palsu (yaitu, seberapa sering tes mengatakan terkena virus padahal sebenarnya tidak) harus mendekati nol.