Berita Pendidikan
Kisah Supardi Bangun Sekolah di Pedalaman Pulau Jawa, Iuran Seikhlasnya dan Terima Hasil Bumi
Kisah Supardi Bangun Sekolah di Pedalaman Pulau Jawa, Iuran Seikhlasnya dan Terima Hasil Bumi
Sebagian siswa akhirnya mundur karena ingin mendapatkan pendidikan yang lebih layak.
Saat ini, yang bertahan sebanyak 75 siswa dari 3 kampung tersebut.
Honor guru
Bangunan yang terbatas, banyaknya siswa, dan jumlah guru yang terbatas, membuat Supardi sempat memberlakukan sejumlah kebijakan.
Awalnya ia memberlakukan sif, namun tidak berhasil karena jumlah guru minim.
Hingga akhirnya kelas digabungkan.
“Akhirnya digabungin, jam ini kelas ini, jam ini kelas itu. Untuk kelasnya diakalin saja,” ucap Supardi.
Karena keterbatasan SDM, awalnya guru di MI itu tamatan SMA sebanyak 6 orang.
Pelan-pelan MI menarik guru sarjana untuk menyesuaikan kebijakan yang dikeluarkan pemerintah.
Saat ini, MI tersebut memiliki 5 orang guru sarjana dan dibantu lulusan SMA 3 orang.
Guru-guru tersebut berasal dari luar kampung. Sebab lulusan MI sendiri, baru dua tahun ke belakang ada yang melanjutkan ke SMP.
Sebelumnya tidak ada karena lokasinya yang jauh dan sulitnya ekonomi.
“Warga sini rata-rata buruh tani. Sulit untuk mereka menyekolahkan anaknya. Jarak SMP terdekat 3 kilometer dengan akses jalan yang tidak baik,” kata dia.
Kecilnya pendapatan warga pula yang membuat MI ini tidak memberikan tarif SPP.
Warga bisa memberikan infak seikhlasnya setiap akhir tahun pendidikan. Infak yang diberikan tak hanya sekadar uang.