Berita Tekno

Orang Eropa Memilih Reparasi Gawai Rusak daripada Ganti, Bukan Pelit Ini Alasan Mulia di Baliknya

Mengapa Orang Eropa Memilih Reparasi Gawai Rusak daripada Ganti Baru? Bukan Pelit Ini Alasan Mulia di Baliknya

ANTARA FOTO/MUHAMMAD ADIMAJA via kompas.com
Tumpukan panel Printed Circuit Board (PCB) yang sudah tidak terpakai di Jakarta, Kamis (7/12/2017). Material berharga seperti emas yang terdapat dalam limbah elektronik seperti komponen televisi dan perangkat keras komputer mendorong munculnya penambang kota alias pencari sampah elektronik (e-waste). 

Kurangi sampah elektronik

Dunia menghasilkan nyaris 45 juta ton limbah elektronik pada 2016 karena konsumen dan pelaku bisnis membuang ponsel tua, komputer, dan perangkat rumah tangga mereka, yang secara keseluruhan diperkirakan bernilai 62,5 miliar dollar AS (Rp 875 triliun).

Hanya 20 persen dari barang-barang ini yang didaur ulang dengan benar.

Di Eropa, di mana permasalahan ini sudah sangat akut, para peneliti memperkirakan hanya 12-15 persen ponsel bekas yang didaur ulang dengan benar, meskipun sekitar 90 persen penduduk memiliki telepon seluler.

Limbah elektronik atau e-waste, yang kerap dikirim secara ilegal dari Barat ke tempat pembuangan sampah beracun di negara-negara seperti Filipina, Ghana, Nigeria, dan China, diperkirakan akan bertambah menjadi lebih dari 52 juta ton pada akhir 2021.

Pada 2050, jumlahnya diprediksi akan berlipat ganda, menjadikannya jenis sampah domestik yang bertambah paling cepat di dunia.

Dampak lingkungan dari sampah ini beragam, mulai dari karbon emisi yang besar hingga polusi sumber air dan rantai pasokan makanan.

Namun, jumlah yang signifikan dari limbah tersebut sesungguhnya bisa dihindari melalui reparasi.

Menurut sebuah penelitian dari Badan Manajemen Lingkungan dan Energi Perancis, hanya 40 persen kerusakan alat elektronik di Perancis yang diperbaiki.

Hasil survei: lebih senang perbaiki daripaad beli baru

Namun, berbagai survei menunjukkan nyaris dua per tiga warga Eropa mengaku lebih suka memperbaiki perangkat elektronik mereka yang rusak ketimbang membeli yang baru.

Ini menunjukkan, adanya sistem yang rusak dan harus diperbaiki.

Dalam upaya menurunkan angka limbah yang sebenarnya bisa dihindari ini, Majelis Nasional Perancis pada tahun lalu memperkenalkan indeks peringkat peralatan yang "dapat diperbaiki" untuk benda-benda, seperti mesin cuci, pemotong rumput, televisi, dan telepon pintar.

Dengan melakukan itu, pemerintah Perancis berharap dapat menaikkan jumlah gawai yang direparasi menjadi 60 persen dalam 5 tahun.

Aturan tersebut mulai berlaku pada Januari, dan memandatkan produsen untuk menampilkan peringkat dalam 5 ukuran, yaitu kemudahan reparasi, harga suku cadang, ketersediaan suku cadang, ketersediaan dokumentasi perbaikan, dan ukuran akhir yang bervariasi tergantung jenis perangkatnya.

Halaman
1234
Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di

    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved