Berita Tegal
Jadi Simbol Gotong Royong, 4 Tradisi Ini Masih Eksis di Masyarakat Nelayan Kota Tegal
Jadi Simbol Gotong Royong, 4 Tradisi Ini Masih Eksis di Masyarakat Nelayan Kota Tegal
Penulis: Fajar Bahruddin Achmad | Editor: yayan isro roziki
Menurutnya, masyarakat beramai-ramai akan membantu nelayan yang punya kapal baru untuk diturunkan.
"Jadi nelayan yang tidak sedang melaut, saat ada ramai-ramai akan datang. Karena nantinya itu gantian.
Meskipun mereka tidak dibayar uang, biasanya hanya wedangan dan rokok," kata Tambari kepada tribunpantura.com, Senin (22/3/2021).
2. Tradisi Labuhan
Tradisi labuhan merupakan tradisi yang diperuntukkan bagi nelayan yang baru menikah.
Bagi pengantin yang belum genap 40 hari tapi ingin melaut, mereka harus melakukan tradisi ini.
Nelayan tersebut pertama diluluri oleh rempah-rempah, kemudian diarak ke tepi laut oleh orangtuanya.
Setelah itu ada pelarungan sesajian yang berisi kembang setaman, nasi liwet yang ditaruh di kendi serta diberi telur, ingkung, pisang tujuh rupa dan lain sebagainya.
"Jadi jika ada pengantin baru yang belum genap 40 hari tapi mau melaut. Mereka harus menggelar acara labuhan dulu.
Ini sebagai wujud syukur kepada Allah SWT sekaligus doa agar selamat melaut dan diberi keselamatan," ungkapnya.
3. Tradisi Sambetan
Tambari mengatakan, tradisi sambetan diperuntukkan untuk kapal yang hendak ke laut.
Dalam tradisi ini, ada doa bersama yang dipimpin oleh tokoh agama dan sesepuh.
Kemudian kapal akan diluluri dan diberi jampi-jampi sambetan yang berisi rempah-rempah.
Selain itu, pemilik kapal juga akan menyediakan sorakan atau saweran.