Berita Jateng

Jateng Bukan Lagi Produsen Beras Terbesar di Indonesia pada 2020, Posisinya Digeser Provinsi Ini

Jateng Bukan Lagi Produsen Beras Terbesar di Indonesia pada 2020, Posisinya Digeser Provinsi Ini

shutterstock
Ilustrasi beras. 

Jumlah itu terbagi dalam dua jenis lahan. Pertama lahan sawah atau pertanian pangan berkelanjutan sebanyak 881.476.

Sedangkan sisanya merupakan lahan kering, tadah hujan, dan kurang produktif.

Untuk penyediaan benih unggul, pihaknya memiliki 33 kebun benih yang tersebar di beberapa wilayah di Jateng, semisal Solo, Banyumas, dan Semarang.

Kebun benih ini berfungsi menghasilkan benih padi varietas unggul tertuama yang digunakan petani dalam rangka peningkatan produksi gabah atau padi.

"Untuk menanam tentunya harus ada air. Terkait dengan kegiatan budidaya, pemerintah provinsi dengan APBD dan APBN melakukan rehabilitasi jaringan tersier."

"Karena jaringan primer dan sekunder merupakan kewenangan Pusdataru (Dinas Pekerjaan Umum Sumber Daya Air dan Tata Ruang)," terangnya.

Untuk memperlancar produksi padi, kata dia, juga tidak lepas dari peran teknologi, terutama pada alat mesin pertanian (alsintan).

Saat ini, alsintan yang ada di masyarakat ada sebanyak 54.853 unit berupa traktor roda dua. Jumlah ini dinilai sudah cukup banyak.

Sedangkan untuk traktor roda empat ada 777 unit. Kemudian sebanyak 3.967 unit cultivator. Untuk percepatan tanam, jumlah rice transplanter yang tersebar di seluruh jateng ada 1.545 unit.

"Di samping itu, pemprov juga menempatkan Brigade Alsintan di 6 wilayah."

"Brigade Alsintan merupakan unit pelayanan alat dan mesin pertanian yang menyediakan pompa air, traktor, rice transplanter."

"Brigade ini nantinya melayani masyarakat untuk meminjamkan alsintan secara gratis, jika alsintan yang disediakan kabupaten kurang," terangnya.

Brigade Alsintan yang dimaksud yakni ada di Tegalgondo yang mencakup wilayah eks-Karesidenan Solo, di Winong untuk eks-Karesidenan Pati, Petarukan untuk wilayah eks-Karesidenan Pekalongan, kemudian Brigade Alsintan di Jatilawang untuk wilayah Banyumas.

Di samping itu, Jateng juga memiliki kegiatan pasca-panen yakni pengeringan dan penggilingan di 92 Sentra Pelayanan Pertanian Padi Terpadu (SP3T) yang tersebar di 11 kabupaten.

Dengan adanya SP3T ini diharapkan bisa meningkatkan kualitas proses penggilingan gabah menjadi beras.

Gabah hasil panen petani di musim hujan banyak yang mengandung kadar air di bawah standar, sehingga saat dibeli Perum Bulog harganya di bawah Harga Pembeliaan Pemerintah (HPP).

"Dengan berbagai upaya usaha tani terebut, diharapkan bisa mendukung terciptanya swasembada pangan di Provinsi Jateng. Serta bisa meningkatkan produktivitas pertanian," tandasnya.

Saat ini, produktivitas pertanian di Jateng mencapai 5,6 ton perhektare GKG. Bisa mencapai 7 hingga 8 ton jika menggunakan benih padi unggul.

Halaman
123
Sumber: Tribun Pantura
Berita Terkait
  • Ikuti kami di

    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved