Berita Tegal
Di Semarang Ada Lawang Sewu, di Tegal Ada Lawang Satus atau Gedung Birao, Begini Sejarahnya
Di Semarang Ada Lawang Sewu, di Tegal Ada Lawang Satus atau Gedung Birao, Begini Sejarahnya
Penulis: Fajar Bahruddin Achmad | Editor: yayan isro roziki
Wijanarto menjelaskan, Gedung Birao Tegal merupakan hasil karya arsitektur indis bernama Henri MacLaine Pont.
Dia memadukan gaya arsitektur Eropa dan arsitektur Nusantara yang kini dikenal dengan nama arsitektur indis.
Karya-karya dari Henri MacLaine Pont di antaranya Gedung Birao, Stasiun Tegal, Kampus ITB Ganesha, Stasiun Poncol Semarang, dan Gereja Puhsarang di Kabupaten Kediri.
Wijanarto mengatakan, bangunan berciri lingkungan tropis tersebut memiliki beberapa keunikan.
Seperti di bagian bawah kantor yang memiliki rongga-rongga udara, bagian atasnya tinggi, serta mempunyai ventilasi dan jenda yang mengatur sirkulasi udara.
“Jadi Henri MacLaine Pont ini salah satu tokoh arsitektur yang sejajar dengan Thomas Karsten. Mereka memiliki keahlian mengadopsi ciri nusantara dengan ciri Eropa. Lahirlah apa yang disebut arsitektur indis,” jelasnya.
Gedung Birao dari Masa ke Masa

Gedung Birao yang kini sering dijadikan background foto oleh masyarakat, rupanya pernah difungsikan untuk berbagai kepentingan. Bahkan pernah menjadi perkantoran dan digunakan sebagai kampus universitas di Kota Tegal.
Wijanarto mengatakan, pada masa penjajahan Jepang, SCS digunakan untuk kantor pemerintahan militer.
Karena lokasinya dekat dengan stasiun kereta api yang dulu sangat diperhitungkan sebagai moda transportasi.
Pada masa revolusi kemerdekaan 1945, Kantor Birao menjadi tempat favorit untuk pengibaran bendera merah putih.
Lalu, menurut Wijanarto, pernah juga menjadi kantor Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD), kantor dinas pekerjaan umum (PU), dan kantor keuangan.
Kemudian sebelum dikosongkan seperti saat ini, Gedung Birao difungsikan sebagai kampus Universitas Pancasakti (UPS) Kota Tegal.
“Yang menarik bahwa Kantor Birao itu pernah menjadi saksi perubahan dinamika politik di Kota Tegal."
"Pada pemerintahan Zakir, pernah terjadi aksi reformasi di sekitar Kantor Birao. Yang notabenenya banyak mahasiswa UPS menjadi reformis,” ujarnya.
Sebagai sejarawan di Pantura Barat Jawa Tengah, Wijanarto mendukung, PT KAI untuk memanfaatkan Gedung Birao menjadi museum sejarah.