Berita Jateng
Begini Cara Pelaku Usaha Tusuk Es Krim di Purbalingga Bertahan saat Pandemi
Adanya beberapa pabrik pengolahan kayu lapis tersebar di Kabupaten Purbalingga. Tak jarang pabrik pengolahan kayu itu menghasilkan limbah.
Penulis: Permata Putra Sejati | Editor: muh radlis
TRIBUNPANTURA.COM, PURBALINGGA - Adanya beberapa pabrik pengolahan kayu lapis tersebar di Kabupaten Purbalingga.
Tak jarang pabrik pengolahan kayu itu menghasilkan limbah.
Namun bagi Yuli Handayani (46) keberadaan limbah-limbah ini dapat dimanfaatkan kembali menjadi barang bernilai ekonomi.
Limbah kayu lapis diolah menjadi kerajinan tangan berupa stik atau tusuk es krim yang dapat lebih bernilai jual.
Yuli yang juga merupakan isteri dari Pelda Margiyono anggota Koramil 06/Kemangkon Kodim 0702/Purbalingga memanfaatkan limbah itu lebih dari 10 tahun.
Tidak tanggung-tanggung usaha yang telah digelutinya turut dapat membuka lapangan pekerjaan bagi warga di sekitar.
Terutama di tempat tinggalnya yaitu di Desa Toyareka, Kecamatan Kemangkon, Kabupaten Purbalingga.
"Ada sekitar 400 sampai dengan 500 orang yang bekerja dari rumah saya dan kemudian setor hasil kerjanya kepada kami.
Kami menerapkan sistem plasma baik bahan baku, alat dan kebutuhan lainnya kami yang sediakan dan setelah jadi kami membeli hasil pekerjaan mereka," ungkapnya kepada Tribunbanyumas.com, Rabu (14/7/2021).
Adanya Pandemi Covid-19 ini turut menghancurkan berbagai sendi kehidupan.
Tak terkecuali sendi ekonomi, hal ini juga turut dirasakan Yuli karena berkurangnya order stik es krim miliknya dari para pembeli yang biasa dipasoknya.
"Dalam sebulan sebelum pandemi kami dapat kirim ke pembeli yang tersebar di berbagai wilayah Indonesia sebanyak 5-6 truk.
Namun saat ini kami hanya dapat mengirim 2 truk dalam sebulan karena pesanan yang sepi," ungkapnya.
Terkait bagaimana nasib karyawannya, Yuli mengungkapkan dirinya tetap berupaya saling bertahan meski dimasa yang mulai dirasa sulit.
Ia mengaku karyawan tetap bekerja dari rumah.
Justru adanya PPKM Darurat yang diberlakukan hasil produksi mereka lebih meningkat dari sebelumnya karena fokus kegiatan mereka bekerja di rumah masing-masing.
Dalam hukum ekonomi bila banyak hasil produksi, namun sedikit permintaan tentunya akan menjadi masalah buat pengusaha.
Seperti Yuli hingga dirinya tentu harus memutar otaknya untuk dapat bertahan saling berjalan bersama warga sekitarnya yang menjadi karyawannya.
Sampai saat ini produksi tetap berjalan agar karyawan tetap dapat bertahan mencukupi kebutuhan hidupnya.
Pengusaha harus memutar otak bagaimana strategi pemasarannya yang harus diubah yang dulunya pesanan partai besar sekarang bermain di partai kecil eceran.
"Meski dimasa sulit adanya pandemi Covid-19 yang turut meruntuhkan sendi ekonomi ini.
Kami bersama karyawan harus tetap bangkit bertahan mencukupi kebutuhan hidup dengan tetap bekerja," katanya. (Tribunbanyumas/jti)