Berita Nasional

Beber Kisah 12 Tahun Bertahan Hidup di AS, Chef Juna: Pandemi, saat Tepat Tingkatkan Skill Spesifik

Beber Kisah 12 Tahun Bertahan Hidup di AS, Chef Juna: Pandemi, saat Tepat Tingkatkan Skill Spesifik

KOMPAS.com/ANDREAS LUKAS ALTOBEL
Junior Rorimpandey atau lebih dikenal dengan Chef Juna berpose di Restoran Correlate, Kuningan, Jakarta, Rabu (21/6/2017). 

TRIBUNPANTURA.COM, JAKARTA - Sering berada di rumah pada masa pandemi memberikan berkah tersendiri. Alih-alih mati gaya, pembatasan mobilitas menjadi waktu yang tepat untuk mengembangkan kemampuan diri.

Inilah momentum untuk meningkatkan kompetensi sebagai sumber daya manusia dengan skill spesifik. Apalagi, berbagai sarana penambah keterampilan bisa diakses sambil tetap berada di rumah.

Pendapat itu disampaikan Junior John Rorimpandey alias Chef Juna saat menjadi bintang tamu Live Instagram Kartu Prakerja, Senin 9 Agustus 2021, kemarin.

Dipandu Yohana Margaretha, perbincangan satu jam bertajuk ‘#TangguhBertumbuh bersama Chef Juna’ membagikan inspirasi, bagaimana menjadi pribadi berkarakter yang tangguh, sebagaimana dialami Chef Juna saat 12 tahun merantau di Amerika Serikat (AS).

“Siapa bilang hidup di luar negeri selalu enak? Bagi saya, masa di Amerika adalah masa perjuangan."

"Perlu ketangguhan, tekad bulat, dan mengambil langkah yang tidak banyak orang berani menempuhnya,” kenang pria kelahiran Manado, 20 Juli 1975 itu, dalam keterangan tertulisnya, Kamis (12/8/2021).

Juri program televisi ‘Master Chef’ yang dikenal paling cuek, tegas dan sering memberi komentar pedas ini berkisah, sebenarnya ia tak memiliki rencana sama sekali menggeluti dunia kuliner, bahkan sampai menjadi chef papan atas.

Pergi ke AS untuk menempuh pendidikan pilot, hidup Juna berubah haluan saat Indonesia dilanda krisis ekonomi 1998. Orangtua Juna mengalami kesulitan ekonomi sehingga memaksa Juna mencari uang sendiri untuk biaya hidupnya.

“Berbagai pekerjaan kasar saya lakukan sampai akhirnya dapat kesempatan jadi pelayan restoran Jepang di Houston,” kata Juna.

Setelah dua pekan jadi waiter dan dinilai memiliki attitude bagus, kepala chef di restoran itu memintanya untuk menjadi sushi chef.

“Sebenarnya, dengan jadi chef pendapatan saya berkurang dibandingkan sebagai pelayan yang kerap mendapat tips dari tamu. Tapi, dengan usia 22 tahun hanya berijazahkan SMA, saya harus mengembangkan diri dan menambah skill khusus,” ucapnya.

Dengan ketekunannya, Juna akhirnya mendapat kesempatan menjadi warganegara Amerika Serikat melalui jalur permanent resident. Restoran tempatnya bekerja mensponsori Juna untuk memperoleh ‘Green Card’.

Prosesnya tak mudah. Departemen Ketenagakerjaan Texas memantau terus selama lima tahun. Hingga akhirnya, hakim di pengadilan imigrasi mengabulkan permohonan itu.

“Saya ingat benar kalimat dari hakim saat mengetokkan palu: Welcome to the United States. Saya bangga, karena ketangguhan saya, saya bisa menjadi US permanent resident. Itu karena saya punya skillset yang tak dipunyai kebanyakan warga Amerika: menjadi sushi chef,” ungkapnya.

Hidup keras di Amerika mengajarnya untuk bekerja, bekerja, dan bekerja.

“Kalau tak bekerja, saya tak bisa dapat uang untuk makan. Saya harus ‘menangguhkan diri’, jangan sampai blunder. Gagal bukanlah pilihan,” tegasnya.

Hingga tibalah ‘Moment of Tangguh’ lain dalam diri Juna. Dengan menjadi chef terkenal di restoran Jepang ternama di Houston, kota terbesar keempat di AS, ia memiliki popularitas dan penghasilan cukup besar. Saat itulah datang Robert Gadsby, chef selebritas asal California yang bermaksud membuka restoran Prancis di Houston.

Robert Gadsby menawari Juna untuk membantunya. Tentu saja, ini pekerjaan yang sangat bertolakbelakang. Dari restoran Jepang ke Prancis.

Halaman
12
Sumber: Tribun Pantura
Berita Terkait
  • Ikuti kami di

    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved