Berita Jateng
Ini Solusi Bangkit dari Pandemi Covid-19 Warga Karangklesem Purwokerto
Pandemi Covid-19 menjadikan seluruh sektor di masyarakat harus mampu bertahan dan beradaptasi.
Penulis: Permata Putra Sejati | Editor: muh radlis
TRIBUNPANTURA.COM, PURWOKERTO - Pandemi Covid-19 menjadikan seluruh sektor di masyarakat harus mampu bertahan dan beradaptasi.
Meski demikian, pandemi ini semestinya dapat disikapi secara lebih positif dengan memunculkan ide-ide kreatif.
Beberapa orang harus berjuang dan tetap produktif untuk memenuhi kebutuhan ekonominya.
Hal inilah yang terlihat oleh warga RW 5, di Kelurahan Karangklesem, Kecamatan Purwokerto Selatan, Kabupaten Banyumas.
Atas inisiatif ketua RW, mereka berhasil mendirikan Rumah Sedekah Rongsok dan Jelantah.
Para warga memanfaatkan limbah rumah tangga, untuk dikumpulkan kemudian membantu warga yang terdampak pandemi maupun membutuhkan.
Dialah Sigit Fatoni (35), Ketua RW 5 Kelurahan Karangklesem, yang memulai ide pembuatan rumah sedekah itu.
Ide membuat bank sampah warga itu, sudah ada sejak Mei 2020 saat awal-awal pandemi.
Ia bercerita bahwa banyak masyarakatnya yang terdampak secara ekonomi.
Hingga akhirnya dia mencoba membuat konsep bagaimana membantu masyarakat tetapi tidak membebankan masyarakat lainnya.
"Dari situ kita lihat, adanya sampah yang dibuang sembarangan, minyak goreng bekas pakai, atau jelantah.
Kita tim akhirnya membahas, dari situ bisa mendapatkan dana untuk masyarakat tidak mampu," ujarnya kepada Tribunbanyumas.com, Minggu (12/9/2021).
Ia kemudian bertemu dengan salah satu warganya yang memang berprofesi sebagai pencari rongsok.
Timnya tidak malu berkeliling ke rumah warga untuk mencari rongsok yang dapat di daur ulang
Rongsok itu kemudian di serahkan kepada warga yang berprofesi sebagai pengumpul rongsok.
"Jadi kita waktu itu minta petugas pencari rongsok agar tidak usah muter-muter mencari rongsok, bisa di rumah saja milah rongsok, hasilnya 50-50 persen.
Jadi kalau dapat sejuta kami dapat 500 ribu," katanya.
Ternyata usahanya membuahkan hasil, dari 430 KK di RW 5, hampir 70 persennya telah menyumbangkan rongsok rumahan mereka.
Selain itu setiap bulannya mereka mampu menghasilkan ratusan hingga jutaan rupiah dari penjualan rongsok tersebut.
Dalam satu bulan, pihaknya dapat mengumpulkan sebanyak 8 jerigen jelantah.
Satu jerigennya bisa berisikan 18 liter, sedangkan satu jerigen dihargai Rp 100 ribu.
"Kita kalau jelantah bisa dijual sebulan sekali, kalau rongsok itu sekitar dua bulan sekali, bisa sampai satu jua lebih.
Biasanya total sebulan kami bisa dapat Rp 2 juta," ungkapnya.
Karena tak cukup lahan untuk menampung sampah, iapun akhirnya pun meminta tolong kepada salah satu warga, untuk meminjam tanahnya dibuatkan bank sampah.
Hingga akhirnya ada seorang warga yang meminjamkan tanahnya untuk pembuatan bank sampah.
"Setelah kami komunikasikan akhirnya dipersilahkan, saya yakin lima tahun di sini tidak akan ada masalah," tambahnya.
Sejak adanya bank sampai dan jelantah itu, banyak warga yang terbantu terutama yang positif.
Bahkan hingga ada bantuan beasiswa bagi siswa kurang mampu.
"Kita kadang dalam satu RT itu bantu minimal dua orang, mereka yang secara ekonomi tidak mampu, ataupun beasiswa pendidikan.
Satu orang bervariasi dari mulai Rp 50-80 ribu untuk uang tunainya, itu sembakonya nominalnya sampai Rp 70-80 ribu.
Kalau beasiswa kami berikan Rp 200 ribu," jelasnya.
Sigit memastikan untuk jelantah yang dikumpulkan dan jual tidak asal-asalan.
Diketahui mereka menjual jelantah hanya untuk perusahaan ataupun pihak yang memiliki izin resmi untuk mengelola jelantah.
Sehingga bisa dipastikan jelantah itu tidak didaur ulang untuk digunakan memasak lagi.
"Jadi waktu itu kita tanya dulu izinnya, ternyata untuk biosolar kita kirimnya ke Surabaya," tambahnya.
Mengumpulkannya jelantah, bukan hanya mencari untung saja, tetapi menurutnya juga dapat menyelamatkan lingkungan.
Jelantah dapat menyebabkan pencemaran lingkungan.
"Dari informasi yang saya dapat, dibuang ke tanah itu tanahnya jadi tidak subur.
Apalagi ke selokan dan sungai, karena memang susah terurai.
Disini selain mengedukasi masyarakat juga menyelamatkan lingkungan," tuturnya.