Berita Jateng

Kisah Kakek Umur 79 Tahun di Kudus yang Tinggal Seorang Diri di Kuburan

Pasran terlihat santai di teras rumah bambu miliknya pada Senin (27/9/2021) siang.

Penulis: Rifqi Gozali | Editor: muh radlis
TRIBUN JATENG/RIFQI GOZALI
Pasran duduk santai di halaman rumahnya, Senin (27/9/2021). Kakek 79 tahun itu sudah beberapa tahun tinggal seorang diri di kuburan. 

TRIBUNPANTURA.COM, KUDUS - Pasran terlihat santai di teras rumah bambu miliknya pada Senin (27/9/2021) siang.

Tepat di hadapannya terhampar kuburan, dan di sekeliling rumahnya masih terdapat pohon nan rindang.

Lelaki 79 tahun itu mengaku sudah 14 tahun tinggal seorang diri di kuburan Punden Dalem masuk wilayah Desa Puyoh, Kecamatan Dawe, Kudus.

Tempat itu merupakan makam umum, sementara di sebelahnya terdapat punden keramat Mbah Imam Sudirono.

Pasran tinggal di sebuah rumah yang berada di antara punden keramat dan makam umum.

Rumah yang dia tinggali berdinding anyaman bambu berukuran 3 x 6 meter yang tidak dilengkapi aliran listrik.

Rumah bambu yang dia tempati merupakan hadiah dari seorang warga bernama Haji Rumain.

"Ini dibuatkan sama Haji Rumain Buloh," kata dia.

Di rumah yang sangat sederhana itu terbagi menjadi dua bagian.

Bagian belakang terdapat dipan kayu lengkap dengan kasur lantai sebagai tempat Pasran tidur.

Pemisahnya dengan ruang depan hanya berupa tripleks.

Di ruang depan terdapat meja.

Di atasnya terdapat perkakas makan yang tidak begitu tertata rapi.

Di samping meja terdapat tungku dari susunan batu bata.

Sehari-hari, Pasran menghabiskan waktu dengan bersih-bersih kuburan.

Selain itu, kakek kelahiran 1 Juni 1942 itu beternak ayam dan mencari kayu bakar sebagai mata pencaharian.

Selain itu, sesekali dia juga mendapat uang dari pemberian peziarah yang datang ke punden.

"Kayu bakar saya jual untuk nempur (beli beras).

Satu kubik kayu biasanya Rp 100 ribu," kata dia.

Tinggal seorang diri di kuburan bagi Pasran bukan merupakan hal yang perlu dikhawatirkan.

Bahkan, ketika dia meninggal tanpa diketahui sanak famili, adalah hal yang tidak perlu ditakuti.

"Kalau pun saya meninggal di sini, itu yang saya harapkan," katanya.

Sedianya dia masih punya keluarga yang kini tinggal di Dukuh Bener, Desa Piji, Kecamatan Dawe.

Alasan dia tinggal sendiri karena merasa sudah tidak lagi dianggap oleh keluarganya dan disuruh pindah.

Dia sedikit gusar ketika membicarakan anaknya.

"Ceritanya saya disia-sia anak suruh pindah," begitu katanya.

Namun, menurut Sekretaris Desa Piji, Jumain, bahwa tinggalnya Pasran di tengah kuburan karena ada kesalahpahaman dengan keluarga.

Sebelum tinggal di kuburan, dia pernah tinggal berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lain.

"Dulu juga pernah tinggal di Dukuh Bakaran, Desa Piji.

Terakhir di kuburan atau Punden Dalem Mbah Imam Sudirono," kata Jumain.

Jumain juga menampik jika Pasran tinggal di kuburan sudah belasan tahun.

Menurut dia, baru sekitar tujuh tahun terakhir.

Sebagai perangkat desa, dia pernah membujuknya untuk kembali ke rumah.

Waktu itu dia bersama anak Pasran. Hanya saja kakek itu kekeh tak mau pulang.

Kini berhubung dia tinggal seorang diri, maka tak ada bantuan untuknya.

Kata Jumain, bantuan sosial dari pemerintah diberikan kepada keluarga Pasran yang kini masih tinggal empat orang.

"Untuk bantuan dia diajak baik-baik pulang ke rumah anaknya atau istrinya dia tidak mau, karena di situ ada keluarga empat orang untuk bantuan itu," kata dia.

Sumber: Tribun Jateng
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved