Berita Jateng
Melihat Lebih Dekat Masjid Kapal Pesiar di Atas Bukit Semarang, Fajar: Terinspirasi Paul Gauguin
Melihat Lebih Dekat Masjid Kapal Pesiar di Atas Bukit Semarang, Fajar: Terinspirasi Paul Gauguin
Penulis: mamdukh adi priyanto | Editor: yayan isro roziki
TRIBUN-PANTURA.COM, SEMARANG - Jika melintasi jalan tol Semarang ABC atau jalan tol dalam kota, tepatnya antara interchange atau simpang susun Krapyak dan Jatingaleh, bisa jadi Anda melihat 'kapal pesiar besar' yang ada di sisi selatan jalan tol.
Kapal pesiar yang berada di atas bukit tersebut bukan karena terdampar setelah terkena banjir bandang seperti halnya bahtera Nabi Nuh.
Bahtera yang memiliki model bak kapal pesiar (cruise ship) Paul Gauguin tersebut merupakan bangunan masjid.
Berdiri di kompleks Politeknik Bumi Akpelni Jalan Pawiyatan Luhur, Bendan Duwur, Gajahmungkur, Kota Semarang.
Tujuan awal pembangunan masjid kapal tersebut untuk tempat ibadah warga Politeknik Bumi Akpelni.
Namun, berjalannya waktu, dibuka untuk destinasi wisata umum.
Sempat tutup pada 2020 karena pandemi, bangunan kapal yang dinamakan Masjid H Soenarto ini baru dibuka kembali pada pekan ini.
"Pembangunan berawal saat kami tidak punya lokasi untuk beribadah. Ada lapangan, yang pagi untuk olahraga, siangnya untuk salat Dhuhur. Kan miris."
"Lalu alumni berinisiatif memberikan sesuatu untuk lembaga dan jadilah masijd kapal tersebut."
"Diresmikan pada September 2019," kata Direktur Politeknik Bumi Akpelni, Capt Cahya Fajar Budi Hartarto, Selasa (14/12/2021).
Donatur terbesar pembangunan masjid kapal tersebut yakni Soenarto, alumnus Politeknik Bumi Akpelni yang juga Dewan Pembina Yayasan perguruan tinggi vokasi tersebut.
Namanya pun dijadikan nama masjid kapal tersebut.
Pembangunan masjid menelan biaya Rp10,9 miliar. Dibangun selama 13 bulan.
Terdiri dari empat lantai. Lantai 1 hingga 3 untuk salat, sedangkan lantai keempat untuk proses pembelajaran keagamaan.
"Di lanta 4 ada anjungan untuk proses pembelajaran di sana."
"Bentuknya persis seperti kapal pesiar Paul Gauguin," terang Cahya Fajar.
Bangunan setinggi 21 meter dan menghadap ke barat tersebut mampu menampung 1.100 jemaah.
Dibuka untuk umum terutama pada Sabtu dan Minggu agar tidak bersinggungan dengan civitas akademika Politeknik Bumi Akpelni.
"Kalau rombongan untuk umum silakan datang saat Sabtu dan Minggu."
"Tapi kalau semisalkan ada satu dua orang mau salat di sini pada hari apa saja silakan," ucapnya.
Ia menambahkan, keberadaan masjid yang mumpuni di kompleks masjid sangat membantu untuk pembentukan karakter para taruna.
Saat ini, yang dibutuhkan generasi muda tidak hanya intelektual dan keterampilan, tetapi juga karakter.
"Pintar oke, terampil oke, tetapi kalau tidak punya karakter gimana? Koruptor itu pintar sebetulnya, karane pintar bikin laporan palsu, namun mereka perlu pendidikan karakter supaya jujur."
"Pendidikan karakter juga untuk menunjang kehidupan untuk taruna setelah lulus bekerja di kapal, karena dunia pelayaran keras, itu yang harus diketahui," tandasnya.
Biasanya, pelancong yang datang ke masjid kapal sebelum pandemi, bisa 8-9 bus. Namun, saat ini ada pembatasan untuk menerapkan protokol kesehatan.(mam)