Berita Tegal
Ada Penambahan 140 Kasus HIV/AIDS Baru di Tegal dan Sekitarnya, Didominasi Seks Sesama Jenis
Tercatat ada 140 kasus baru yang terdiri dari 127 kasus adalah laki-laki seks dengan laki-laki (LSL) dan 13 kasus lainnya perempuan pekerja seks.
Penulis: Fajar Bahruddin Achmad | Editor: m zaenal arifin
TRIBUNPANTURA.COM, TEGAL - Dinas Kesehatan Kota Tegal bersama Yayasan Tekad dan Klinik Universitas Pancasakti (UPS) mengadakan peringatan Hari Aids Sedunia (HAS) di Auditorium UPS Tegal, Kamis (1/12/2022) kemarin.
Pembina Yayasan Tekad, Ali Hambali Hidayat mengatakan, wilayah kerja yayasannya ada di lima daerah, yaitu Kota Tegal, Kabupaten Tegal, Kabupaten Brebes, Kabupaten Pekalongan, dan Kabupaten Purbalingga.
Total temuan di wilayah kerjanya pada 2022, tercatat mencapai 140 kasus baru.
Terdiri dari 127 kasus adalah laki-laki seks dengan laki-laki (LSL) dan 13 kasus lainnya perempuan pekerja seks (PSP).
"Dari lima kabupaten/kota yang menjadi wilayah kerja Yayasan Tekad, masih banyak ditemukan kasis HIV baru.
Khususnya di kalangan komunitas laki-laki seks dengan laki-laki atau LSL," katanya.
Ali mengatakan, pelaksanaan mobil VCT di tempat-tempat hiburan sangat penting dalam upaya mengakhiri epidemi HIV.
Karena temuan kasus yang ada kebanyakan hasil outreach petugas lapangan di kelompok populasi yang beresiko.
Bukan di tempat-tempat hiburan.
Ia menilai, sama halnya dengan tes HIV yang dilakukan untuk calon pengantin.
Maka tes HIV di tempat hiburan, seperti karaoke, spa dan panti pijat, perlu dilakukan untuk menjaring lebih banyak temuan.
"Pada peringatan HAS yang bertema satukan langkah cegah HIV, semua setara akhiri Aids.
Kami berharap, semua pihak bisa berperan aktif dalam mengakhiri epidemi HIV," ungkapnya.
Sementara itu, Sekretaris Dinkes Kota Tegal, Yuli Prasetya menyampaikan, terimakasih kepada semua pihak yang telah ikut serta dan peduli dalam membantu pemerintah untuk menanggulangi HIV/AIDS.
Ia menilai, kepedulian semua pihak menjadi modal utama untuk mencegah Aids.
"Adik-adik mahasiswa sangat peduli dan itu modal yang paling utama untuk pencegahan terutama penemuan kasus."
"Kemudian pengobatan, menjaga pengobatan supaya tidak lost dan mengurangi stigma," ujarnya. (*)