Berita Jateng

Diduga Hipotermia, Pendaki Mapala Unsoed Meninggal Dunia Saat Mendaki Gunung Slamet

Korban merupakan salah satu dari tujuh anggota Mapala Unsoed yang sedang melakukan pendakian dan latihan anggota muda elang kelabu.

Dokumentasi
Tangkapan layar dari video proses evakuasi seorang pendaki dari anggota muda Unit Pandu Lingkungan Mahasiswa Pencinta Alam (UPL Mapala) Universitas Jenderal Soedriman (Unsoed) Purwokerto yang meninggal dunia saat mendaki puncak Gunung Slamet via jalur Permadi Guci, Kabupaten Tegal, Minggu (26/2/2023). 

TRIBUNPANTURA.COM, SLAWI - Seorang pendaki anggota muda Unit Pandu Lingkungan Mahasiswa Pencinta Alam (UPL Mapala) Universitas Jenderal Soedriman (Unsoed) Purwokerto, meninggal dunia saat mendaki puncak Gunung Slamet via jalur Permadi Guci, Kabupaten Tegal, Minggu (26/2/2023).

Korban diketahui bernama Sadewa Natha Radya, dan merupakan salah satu dari tujuh anggota Mapala Unsoed yang sedang melakukan pendakian dan latihan anggota muda elang kelabu.

Jalurnya sendiri lewat Permadi Guci Kabupaten Tegal, kemudian lanjut ke Gunung Malang di Kabupaten Purbalingga.

Saat dikonfirmasi, Pengelola Basecamp Permadi Guci yang juga menjadi tim sar, Sofyan, mengungkapkan kronologi yang menimpa mahasiswa pecinta alam Unsoed itu.

Sofyan mengatakan, rombongan pendaki sampai di Basecamp Permadi Guci pada Kamis (23/2/2023) kemudian lanjut mendaki ke Gunung Slamet sekitar pukul 11.00 WIB.

Kondisi cuaca saat para pendaki hendak naik, gerimis dan tidak seperti biasanya.

Sementara para pendaki, rencananya lintas jalur yaitu naik dari Gunung Slamet via basecamp permadi Guci, kemudian turun di Gunung Malang Kabupaten Purbalingga.

"Kami mendapat informasi untuk melakukan evakuasi sekitar pukul 14.00 WIB pada Sabtu (25/2/2023). Jadi mereka ini nge-camp dua kali, pertama di pos 3 kemudian lanjut di pos 5."

"Tidak lama setelah mendapat kabar, kami langsung mengirim tim SAR tiga orang dan disusul tiga orang lagi."

"Sampai di pos 5 pukul 19.00 WIB dan langsung mencari korban, terlebih posisinya saat itu ada satu anak lagi yang terperosok ke jurang," ungkap Sofyan, Senin (27/2/2023).

Ikut dalam proses evakuasi, Sofyan menyebut teman-teman dari korban yang juga ada di lokasi berusaha menolong tapi tidak bisa berbuat banyak.

Mengingat kondisi cuaca saat itu tidak bersahabat karena terjadi badai, kabut tebal yang mengakibatkan jarak pandang hanya sekitar 2 meter saja.

Adapun setelah sampai di lokasi korban, disitu ada teman-temannya yang menunggui.

Tapi Sofyan mengaku tidak mengetahui apakah anggota Mapala yang lainnya saat itu sudah tahu atau belum kalau temannya meninggal dunia.

"Karena kondisi tidak memungkinkan kami bisa mengavakuasi semuanya, maka kami memutuskan menyelamatkan yang sehat atau masih hidup dulu."

Sumber: Tribun Pantura
Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved