Berita Pekalongan
Dinas P3APPKB Kabupaten Pekalongan Dampingi Pemulihan Psikologis Santri Korban Pengeroyokan
P3APPKB Kabupaten Pekalongan melakukan pendampingan terhadap pemulihan psikologis RG (13) santri yang dikeroyok temannya.
Penulis: Indra Dwi Purnomo | Editor: m zaenal arifin
TRIBUN-PANTURA.COM, KAJEN - Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak dan Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (P3APPKB) Kabupaten Pekalongan, melakukan pendampingan terhadap pemulihan psikologis RG (13) santri Pondok Pesantren (Ponpes) Muhammadiyah Boarding School Assalam Kajen, yang dikeroyok oleh 14 temannya.
Kepala dinas P3APPKB Kabupaten Pekalongan dr. Eko Wigiantoro mengatakan, bahwa pihaknya sudah melakukan pendampingan untuk santri yang menjadi korban pengeroyokan di ponpes.
"Hari ini, korban sudah menjalani sesi konseling dengan tim psikolog dinas yang didampingi oleh Dianita Pramasari Irani dari bidang Pemenuhan Hak dan Perlindungan Anak (PHPA DP3APPKB)."
"Psikolog bertugas memulihkan rasa trauma korban, sehingga pada waktu tertentu dapat beraktivitas normal dan bergaul seperti biasa," kata Kepala dinas P3APPKB Kabupaten Pekalongan dr. Eko Wigiantoro, saat dihubungi, Jumat (22/9/2023) malam.
Selain pendampingan rasa trauma bagi korban, juga diperlukan sesi tukar pikiran dengan pihak keluarga korban, khususnya orang tua.
"Orang tua ikut memikul beban mental akibat perlakuan tidak wajar terhadap anak, sehingga memerlukan asupan pemikiran yang positif dari orang-orang dekat," imbuhnya.
Kemudian, hasil dari pendampingan yaitu korban sudah mulai berkomunikasi dengan keluarga ataupun yang lainnya, dan sudah siap untuk kembali ke sekolah secepatnya, tetapi tidak mau kembali mondok ke MBS Assalam Kajen atau pun ke ponpes lainnya.
"Usai kejadian, korban tidak mau sekolah dan diam di dalam kamar. Alhamdulillah, sekarang korban sudah mulai mau sekolah tapi tidak di ponpes tersebut."
"Ada tiga pertimbangan sekolah, yang diinginkan korban yaitu SMPN 1 Wiradesa, SMPN 1 Wonokerto, SMP Islam FQ Wonokerto," imbuhnya.
Namun, untuk sekolah korban dan orang tuanya akan bermusyawarah dulu dalam memilih sekolahnya.
"Terkait sekolah, tim akan konsultasi dengan Dindikbud terkait keinginan korban untuk pindah sekolah ke SMP yang dituju," ucapnya.
Pihaknya menambahkan, untuk kasusnya berdasarkan keterangan dari keluarga. Orang tua korban, tetap melanjutkan laporan dugaan pengeroyokan ke jalur hukum.
Diberitakan sebelumnya, Santri di Pondok Pesantren (Ponpes) Muhammadiyah Boarding School Assalam Kajen, Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah dikeroyok oleh 14 temannya.
Belasan pelaku ada yang senior dan juga setingkat dengan korban.
Kasus ini terjadi pada Sabtu (9/9/2023) malam. Setelah para santri usai kegiatan latihan muhadhoroh (dakwah lisan) di ponpes tersebut.
Korban pengeroyokan ialah RG (13), santri kelas VII, warga Kecamatan Wonokerto, Kabupaten Pekalongan, yang baru empat bulan mondok di sana. (*)
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/pantura/foto/bank/originals/Ponpes-Muhammadiyah-Boarding-School-Assalam.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.