UMKM Jateng

Desa Dermasandi, Sentral UMKM Pengolahan Ikan di Tegal yang Kian Berkembang

Desa Dermasandi dikenal sebagai sentral UMKM pengolahan ikan di Kabupaten Tegal yang kini kian berkembang berkat bantuan permodalan dari BRI.

Tribunpantura.com/Fajar Bahruddin Achmad
PENGASAPAN IKAN - Mudiroh tampak sedang menumpuk ikan asap yang sudah matang di keranjang bambu, Sabtu (1/3/2025). Dalam sehari produksi ikan asapnya mencapai 1,5 kuintal. (Tribun Jateng/Fajar Bahruddin Achmad) 

TRIBUN-PANTURA.COM, TEGAL - Kepulan asap terlihat keluar dari beberapa cerobong rumah di Desa Dermasandi, Kecamatan Pangkah, Kabupaten Tegal, Sabtu (1/3/2025).

Hujan yang mengguyur siang itu, tak sedikitpun menyamarkannya.

Dari dalam bangunan berdinding seng itu, Mudiroh (49) sedang duduk di samping tungku pengasapan ditemani suaminya, Rojikin (52).

Tangan kanannya sibuk membolak-balikan ikan salem yang sedang diasap menggunakan api dari batok kelapa kering.

Sesekali dia mencipratkan air garam di atas ikan yang sudah dijejerkan rapi. Menurutnya, hanya perlu waktu lima menit hingga ikan asap matang 

"Proses pengasapan per ekor lima menit. Prosesnya, pertama ikan ditusuk agar tidak hancur, ditiriskan, lalu diasap," kata Rojikin, pemilik UMKM ikan asap. 

Pasangan suami istri, Rojikin dan Mudiroh, bukan satu-satunya pembuat ikan asap di Desa Dermasandi

Meskipun secara geografis, lokasi desanya berjarak 11 kilometer dari pesisir dan Tempat Pelelangan Ikan (TPI).

Namun Desa Dermasandi dikenal sebagai sentral UMKM pengolahan ikan di Kabupaten Tegal. 

Ada ratusan rumah industri, mulai dari ikan asap, ikan pindang, ikan teri, kerupuk ikan, ikan asin, dan sebagainya. 

"Saya dan istri hanya membuat ikan asap dan ikan pindang. Usaha ini sudah dari tahun 2000," ungkapnya. 

Terdampak Covid-19

Menurut Rojikin, usaha ikan asapnya tergabung dalam Klaster Usaha Ikan Asap binaan dari Bank Rakyat Indonesia (BRI) melalui Kantor Unit Balamoa.

Dia mendapatkan bantuan permodalan dari Program Kredit Usaha Rakyat (KUR) BRI

Bantuan tersebut sangat dirasakan dalam perkembangan usahanya, terutama di masa-masa sulit seperti Pandemi Covid-19. 

Ia masih ingat, saat wabah tersebut terjadi di Indonesia, penjualan ikan asap dan ikan pindangnya turun drastis sampai 50 persen.

"Dari omzet normal menurun drastis. Mau tidak mau, produksi dikurangi," ingatnya.

Rojikin bersyukur, usaha ikan asap dan ikan pindangnya bertahan dan jumlah penjualan berkembang pesat. 

Dari yang semula produksi harian hanya 50 kilogram per hari, kini mencapai 120 kilogram- 150 kilogram. 

Salah satu kunci suksesnya adalah menjaga kualitas dari cita rasa olahan ikannya. Ia hanya memakai ikan yang masih segar. 

"Saya benar-benar memastikan kualitas kesegaran ikan yang dipakai. Sehingga sampai di pembeli, rasanya benar-benar enak dan gurih," ungkapnya yang sudah menjadi nasabah BRI sejak tahun 2006. 

Klaster Binaan BRI

Gabungan Kelompok Perikanan (Gapokkan) Rukun Sejahtera mencatat, ada sebanyak 200 rumah industri pengolahan ikan di Desa Dermasandi. Gapokkan sendiri membawahi delapan kelompok yang tersebar di tiap lingkungan. 

Mayoritas UMKM pengolahan ikan ini merupakan binaan BRI

"Jadi kami didampingi BRI terkait pinjaman serta simpanan. Kami di sini fokus pada UMKM pengolah ikan asap, ikan pindang, ikan asin, kerupuk ikan, dan yang berkaitan dengan hasil laut," ungkap Abdul Aziz (32), Ketua Gapokkan Rukun Sejahtera. 

Aziz mengatakan, rata-rata anggotanya tergabung dalam program KUR, tetapi sebagian juga sudah ada yang beralih ke Kredit Usaha Pedesaan Rakyat (KUPRA) dan Kredit Umum Pedesaan (KUPEDES).

Selain bantuan permodalan, ada pertemuan berkala untuk pendampingan dan diskusi seputar kewirausahaan.

Kemudian ada juga akses untuk mengikuti bazar UMKM yang diselenggarakan oleh BRI.

"Kami sangat terbantu sekali karena modal usaha perikanan tergolong besar. Tidak hanya ratusan ribu, tapi sampai jutaan untuk perputaran modal dan lain-lain," ujarnya. 

Aziz mengatakan, Desa Dermasandi sebagai sentral UMKM pengolahan ikan sudah sampai generasi keempat, meskipun bukan wilayah pesisir. 

Bahkan orang-orang dulu mencari pasokan ikannya sampai Brebes, Pekalongan, dan Batang.

Saat ini jenis ikan yang dipakai, yaitu ikan larak, ikan cucut, ikan salem, ikan layang, dan lain-lain.

"Produksi harian, rata-rata di kelompok kami per orang 50 kilogram- 100 kilogram. Pemasaran di seluruh pasar se- Kabupaten Tegal, pasti ada orang Dermasandi," katanya.

Aziz mengatakan, saat pandemi Covid-19, UMKM pengolahan ikan Desa Dermasandi sempat terdampak.

Terutama terkendala pengiriman barang, karena saat itu ada local locdown dan tidak boleh keluar rumah.

"Kalau masa sekarang tantangannya daya beli masyarakat menurun. Tapi alhamdulillah, penjualan masih normal dibandingkan masa pandemi Covid-19," katanya. 

Sementara itu, Mantri BRI Unit Balamoa, Ahmad Shobirin mengatakan, mayoritas UMKM pengolahan ikan di Desa Dermasandi merupakan kelompok binaan BRI, jumlahnya sekira 80 persen.

Selama ia mendampingi dalam tiga tahun terakhir, progres usahanya memperlihatkan hasil baik. 

Usaha mereka semakin berkembang dari segi pemasaran. 

"Kami juga memfasilitasi pemasaran saat ada acara tertentu. Misal Pesta Rakyat Simpedes, kami undang perwakilannya untuk memasarkan produk perikanan dari Desa Dermasandi," ungkapnya. 

Menurut Shobirin, BRI juga membantu dengan memberikan bantuan alat usaha. 

Karena mereka UMKM pengolahan ikan, maka peralatan yang diberikan seperti kebutuhan pengasapan, kompor gas untuk masak, cerobong asap, tempat penampungan ikan, wajan, dan peralatan ikan lainnya.

"Manfaat menjadi binaan BRI, terutama dalam hal permodalan. Permodalan kembali lancar dan usahanya tambah besar. Jadi kita membantu masyarakat untuk menggeluti usahanya," jelasnya. (*)

Sumber: Tribun Pantura
Berita Terkait
  • Ikuti kami di

    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved