TRIBUNPANTURA.COM, MEDAN - Porang kini menjadi komoditi ekspor hasil pertanian yang cukup menjanjikan.
Tanaman yang sebelumnya dianggap umbi liar yang kurang bermanfaat ini bisa menghasilkan uang miliaran rupiah dalam waktu kurang dari 2 tahun.
Karena itu, bila mau dapat penghasilan lebih dari Rp3 miliar dari lahan 1 hektar dalam waktu tak sampai dua tahun? Tanamlah porang.
Baca juga: Ajak Cintai Produk Lokal, Wali Kota Tegal Dedy Yon Tunjukkan Sepatu yang Dipakai: Lebih Hemat
Baca juga: Pemkab Kendal Janji Relokasi Pasar Srogo 2 Minggu Selesai, Pedagang Inginkan Ini, Dico Jawab Begini
Baca juga: Aplikasi Buka Cawet, Percepat Digitalisasi Layanan Masyarakat Desa di Pemalang Ini
Baca juga: Dokter Tirta dan Fiersa Soroti Mudik Dilarang tapi Objek Wisata Tetap Buka, Ganjar Respon Begini
Sumatera Utara memiliki potensi besar untuk pengembangan tanaman umbi-umbian ini.
Hasilnya bisa dibandingkan dengan komoditas perkebunan unggulan di provinsi ini, yakni kelapa sawit.
Hal tersebut diungkapkan Idris Tampubolon, petani dan pakar porang dari Porang Sleman Boy saat ditemui di Forum Diskusi Porang di Jalan Balai Desa, Pasar 12 Patumbak, Kecamatan Patumbak, Deli Serdang, akhir pekan lalu.
Pria kelahiran Kisaran, Sumatera Utara, dan besar di Samarinda, Kalimantan Timur, ini penuh antusias menjelaskan potensi ekonomi budidaya porang.
"Sumut ini sangat potensial. Lahan luas. Istilahnya pemodal di sini banyak. Kekurangannya hanya ilmu pengetahuan budidaya porang."
"Saya sudah teliti itu di Sleman sampai 3 tahun dan pola itulah yang saya bawa ke Sumut ini."
"Dengan lahan 1 hektar, katakanlah modal Rp360 juta, bisa hasilkan Rp3 miliar keuntungan bersih di dalam dua musim (18 bulan)," katanya.
Cara dapat untung dari porang
Idris kemudian menjelaskan bagaimana cara mendapatkan keuntungan lebih dari Rp3 miliar dari mengolah lahan 1 hektar dengan tanaman porang.
Biaya pengolahan lahan sekitar Rp72,6 juta, biaya pemupukan dan perawatan Rp45,6 juta, biaya bibit dan upah tanaman Rp163 juta, total biaya panen Rp28 juta, dan total biaya tenaga kerja Rp48 juta.
Dia mengatakan, pada musim pertama, hasilnya bisa mencapai Rp300 juta.
Musim kedua naik menjadi Rp960 juta.
Sementara itu, hasil umbi basah dua musim Rp2 miliar dengan total penghasilan Rp3,34 miliar.
Sehingga, pendapatan bersih dari total penghasilan dengan dikurangi modal adalah sebesar Rp2,98 miliar.
Idris menambahkan, dalam 1 hektar, porang dengan pola Sleman Boy, yakni penanaman secara modern dan akal sehat ilmu pertanian, 1 hektar bisa menghasilkan 208 ton umbi dan 3,5 ton katak.
"Bandingkan dengan sawit. Satu hektar porang dengan Sleman Boy, hasilnya lebih banyak dibanding 100 hektar sawit yang umurnya 20 tahun maksimal," katanya.
Begitu halnya, menanam porang tidak perlu ada penebangan liar karena tidak membutuhkan lahan luas seperti sawit.
"Satu keluarga dapat Rp2 miliar tak sampai dua tahun kan cukup 1 hektar."
"Bahkan, dengan lahan 400 meter persegi dengan modal Rp12 juta dalam dua tahun itu bisa menghasilkan Rp120 juta," ujar pria yang meninggalkan profesi sebagai konsultan pajak demi porang ini.
Sejumlah catatan
Namun demikian, lanjut Idris, untuk berhasil dalam menanam porang, ada sejumlah catatan yang harus diperhatikan.
Pihaknya selama ini menerapkan cara modern dan akal sehat ilmu pertanian.
Oleh karena itu, mutu bibit haruslah yang baik, sehat, dan siap untuk ditanam.
"Jangan pernah beli bibit karena harganya murah. Beli bibit yang bermutu."
"Maka, dua hingga 3 tahun ke depan, saya yakin Sumut dengan memakai pola kita, akan bisa mendekati bahkan mengimbangi produksi Jawa Timur atau Jawa Tengah, karena kita punya hamparan luas," katanya.
Potensi pasar
Sementara itu, Edy Effendi, pemilik Porang Sumatera Boy mengatakan, ada 13 negara yang menunggu produksi porang.
Sumut sendiri, kata dia, saat ini ada sekitar 300 hektar lahan penanaman porang.
Edy mengaku memilih menanam porang karena tanaman ini sudah menjadi kebutuhan internasional.
Ekspor porang sudah menembus Jepang, Korea, China, bahkan mulai berkembang ke Eropa, Amerika, dan Australia.
"Bisnis porang ini agak unik. Hilir menanti, hulu tidak ada. Luar negeri sudah menunggu porang dari Indonesia, tapi produksi sangat terbatas."
"Maka sangat menarik untuk kita investasi dan ini peluang untuk meningkatkan devisa."
"Makanya, Menteri Pertanian dan Presiden mengangkat porang sebagai komoditas ekspor untuk dapatkan devisa negara," katanya.
Pihaknya sudah bekerja sama dengan Porang Sleman Boy setelah sebelumnya ia berkeliling di Jawa untuk melihat penanaman porang, menemui ahli porang yang memiliki banyak pola pengembangan.
Namun, dia menemukan hal yang berbeda pada Porang Sleman Boy karena Idris Tampubolon bekerja sama dengan peneliti.
"Penelitian porang ini paling banyak di UGM. Jadi yang dikembangkan Pak Idris ini disuport para peneliti, dan setelah itu hasil dari pengembangannya sangat signifikan sehingga menjanjikan," katanya.
Dijelaskannya, dengan diterapkannya porang di Sumut, bisa meningkatkan taraf hidup masyarakat di Sumut.
Dengan modal Rp12 juta saja dan lahan 400 meter persegi, tanaman porang bisa menghasilkan Rp120 juta untuk petani profesional.
Sementara untuk petani pemula bisa menghasilkan Rp40 hingga Rp50 juta.
Menurut Idris, hal itu sudah dapat mengubah taraf hidup masyarakat.
"Dari para pengamat ekonomi, Indonesia, porang adalah bisnis jangkap panjang, bukan musiman karena 80 persen untuk pangan, dan pangan untuk masa depan."
"Secara kebetulan porang hanya bisa dikembangkan di Asia Tenggara. Jepang, untuk budidaya ini cost-nya tinggi."
"Begitu juga dengan China. Ini anugerah untuk Indonesia karena bisa tumbuh subur," katanya.
Bibit masih didatangkan dari Jawa
Dijelaskannya, mengenai ketersediaan bibit porang, untuk saat ini Sumut masih harus mendatangkannya dari Jawa Tengah dan Jawa Timur.
Di dua provinsi itu, kata dia, lahan penanaman porang sudah mencapai ribuan hektar.
Sedangkan Sumatera Utara masih sekitar 300 hektar dan baru dimulai satu-dua tahun terakhir.
Sumut, kata dia, akan memiliki ketersediaan bibit pada tiga-empat tahun mendatang.
Menurutnya, saat ini sudah ada lebih dari 3 hektar lahan yang sudah siap ditanami porang, dan 4,9 hektar lagi akan mulai ditanami porang pada September mendatang. (*)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul Ingin Penghasilan Rp 3 Miliar Tak Sampai 2 Tahun? Tanamlah Porang, Ini Caranya
Baca juga: Konsultasi Masalah Asmara, Siswi di Kendal Malah 10 Kali Dicabuli Dukun Dadakan
Baca juga: Tengah Malam, Petugas Gabungan Geledah Rutan Pekalongan, Sita Kartu Domino dan Uang Rp1 Juta
Baca juga: Ihwal Pendataan Keluarga 2021, Setelah Data Keluarga Wali Kota Tegal Dedy Yon, Ini Kata Afin
Baca juga: Harga Daging Ayam Naik Signifikan Jelang Ramadan, Pedagang Pasar Pagi Tegal: Sekilo Rp42.000