Berita Batang

Gunung Api Dieng Naik Status Jadi Waspada, Dua Dusun di Batang Masuk Zona Rawan

Penulis: dina indriani
Editor: m zaenal arifin
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Kondisi sejumlah rumah warga Dukuh Rejosari, Desa Pranten, Kecamatan Bawang, Batang yang berlokasi dekat dengan kawah Siglagah Gunung Api Dieng.

TRIBUNPANTURA.COM, BATANG - Berdasarkan informasi Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), aktivitas gunung api Dieng naik dari level I menjadi level II atau status waspada.

Pemerintah Desa Pranten, Kecamatan Bawang memetakan ada dua dusun yang masuk zona rawan, imbas naiknya status gunung api Dieng. 

Dua dusun tersebut di antaranya Dusun Rejosari dan Dusun Sigemplong.

Sekretaris Desa Pranten, Ela Nurlaila menjelaskan selain aktivitas kawah, pihaknya juga mewaspadai longsor yang bisa diakibatkan oleh gempa dari aktivitas vulkanik.

"Daerah rawan longsor itu ada dua dusun yang paling rawan, yaitu dusun Rejosari sama Sigemplong ada sekitar 172 dan 153 KK," tuturnya saat dihubungi, Selasa (17/1/2023).

Ela mengatakan terdapat 10 rumah yang berdiri persis di bawah kawah sehingga jika memang ada peningkatan aktivitas kawah maka pihaknya akan lebih memprioritaskan 10 rumah tersebut.

"Rumah paling ujung hanya berjarak sekitar 10 meter dari kawah-kawah kecil. Sementara jarak pemukiman itu dari kawah besar sekitar 100 meter saja," terangnya.

Berkaitan dengan status kebencanaan ini, pihaknya terus berkoordinasi dengan Pos Pemantau Gunung Api (PGA) Dieng.

Saat ini aktivitas warga masih normal karena statusnya masih waspada, kecuali pas ada gempa beberapa hari lalu. 

Saat itu warga panik dan semuanya keluar rumah, warga tetap masih was-was karena selanjutnya ada gempa kecil-kecil susulan. 

"Meski begitu dari pos PGA menyampaikan tidak ada pergerakan yang harus mengungsi atau gimana, jadi kita masih nurut-nurut saja, dan menunggu instruksi," imbuhnya.

Menjadi wilayah yang rawan bencana,  pihaknya sudah mengadakan pelatihan kebencanaan beberapa kali.

Setiap dusun pun sudah ada pos-pos tangguh bencana.

"Masyarakat tangguh bencana sudah dibentuk, terutama kelompok pemudanya," ujarnya.

Melihat pada bencana tahun 2016, saat itu ada ledakan dari Geodipa, sehingga muncul seperti gempa bumi, masyarakat sudah belajar dari pengalaman kebencanaan.

"Kami berdoanya tidak terjadi apa-apa, namun kalau pun terjadi (bencana) kami sudah mempersiapkan tanggap di awal," pungkasnya. (*)