Berita Cilacap

Menjelajahi Benteng Karangbolong, Peninggalan Kolonial Belanda di Pulau Nusakambangan Cilacap

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Potret Benteng Karangbolong yang ada di Pulau Nusakambangan Cilacap, Minggu (19/2/2023). Benteng Karangbolong merupakan salah satu peninggalan kolonial Hindia Belanda yang saat ini sering dikunjungi wisatawan.

TRIBUNPANTURA.COM, CILACAP - Mendengar kata "Benteng Karangbolong" pasti sebagian besar masyarakat Kabupaten Cilacap sudah tak asing lagi.

Berada di ujung timur Pulau Nusakambangan, Benteng Karangbolong merupakan salah satu peninggalan kolonial Belanda yang masih berdiri kokoh hingga saat ini.

Bahkan benteng yang berada di sekitar pantai pasir putih ini juga menjadi jujugan wisatawan ketika berkunjung ke Pulau Nusakambangan.

Sesuai dengan namanya "Karangbolong" benteng ini berada persis di sekitar pantai Karangbolong yang memiliki ikon karang besar dengan lubang atau "bolong" di tengahnya.

Benteng Karangbolong sendiri adalah satu diantara dua benteng yang dibangun pemerintah Hindia Belanda di Nusakambangan.

Ketua Komunitas Tjilatjap History, Riyadh Ginanjar menuturkan bahwa benteng ini merupakan benteng awal yang dibangun pemerintah Hindia Belanda di Pulau Nusakambangan pada tahun 1835.

Benteng dibangun setelah adanya perang jawa pada sekitar tahun 1830an. 

"Pemerintah Hindia Belanda saat itu membangun dua benteng untuk pertahanan di Nusakambangan yaitu benteng Banju Njappa dan benteng Karangbolong," kata Riyadh, Jumat (10/3/2023).

Saat itu pemerintah Hindia Belanda mulai membuat pos-pos atau benteng-benteng di wilayah kekuasaannya, salah satu tujuannya untuk mengamankan daerah Cilacap.

Selain itu juga untuk membentengi sisa-sisa serangan dari Pangeran Diponegoro ketika perang Jawa.

"Berdasarkan arsip sejarah pada tahun 1835 - 1840 Belanda banyak berkegiatan di Cilacap. Jadi ini dipastikan bangunan peninggalan Belanda bukan Portugis seperti yang sering dikira masyarakat," ungkapnya.

Adapun Benteng Karang Bolong sendiri memiliki luas sekitar 12 hektar dengan sejumlah ruangan yang dahulu digunakan pemerintah Hindia Belanda mulai dari ruangan pengintai hingga ruang eksekusi.

Riyadh menjelaskan, meulai dari atas benteng ada ruang meriam yang digunakan juga sebagai ruang pengintaian.

Para tentara Belanda biasanya mengintai musuh mereka dari ruangan itu.

Kemudian dibawahnya ada ruangan untuk perwira ataupun petugas benteng tersebut.

Lalu ke bawahnya lagi ada tempat interogasi, dan semakin ke bawah ada ruang penyiksaan, penjara dan juga beberapa sanitasi.

"Selain itu, di bagian bawah benteng juga terdapat pintu keluar yang tembus ke meriam dan pantai Karangbolong. Lalu di areal samping benteng juga terdapat ruang-ruang pengintain," jelasnya.

Disebutkan Riyadh bahwa saat itu ratusan narapidana juga ditawan di benteng tersebut.

Para narapidana itulah yang diketahui membangun benteng Karangbolong.

Mereka hidup, dipenjara, membangun, disiksa bahkan meninggal di Nusakambangan.

"Para tahanan inilah yang membuat jalan-jalan yang ada di Nusakambangan bahkan membuat benteng dan juga pelabuhan," ungkapnya.

Suasana mistis tentunya sudah sangat terasa ketika kita menginjakkan kaki di kawasan pintu masuk benteng tersebut.

Selain karena tempat tersebut juga digunakan untuk eksekusi, lokasi benteng ini juga berada di kawasan cagar alam dengan hutan dan pepohonan yang rimbun.

Ditambah lagi tidak ada penerangan sama sekali di area benteng, hanya ada cahaya matahari yang masuk melalui pintu ataupun jendela benteng.

Untuk dapat sampai ke Benteng Karangbolong ini, wisatawan harus menyeberang dari Teluk Penyu Cilacap ke Pulau Nusakambangan Timur.

Penyeberangan menggunakan ojek perahu membutuhkan waktu kurang lebih 15 menit perjalanan dengan biaya Rp 40 ribu untuk pulang pergi.

Sesudah itu wisatawan bisa melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki selama 20 menit agar bisa sampai ke Benteng Karang Bolong.

Sambil berjalan, wisatawan juga dapat menikmati keindahan alam yang ada di sekitar kawasan Cagar Alam Nusakambangam Timur ini.

Untuk dapat melihat bangunan sejarah itu, wisatawan tak perlu merogoh kocek sepeserpun karena tidak ada tiket khusus.

Hanya saja ketika akan memasuk kawasan Cagar Alam Nusakambangan Timur, wisatawan harus membayar Rp 5 ribu. (*)