Berita Tegal

Tren Meningkat, Begini Puskesmas Slawi Mendeteksi dan Menangani Masalah Kesehatan Jiwa

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Programer Layanan Pendampingan Kesehatan Jiwa (Keswa) Puskesmas Slawi Andi Amirudin Faqih (kanan pakai kemeja motif), didampingi Kader Keswa Sofie Rifai (kiri), sedang melakukan pemeriksaan kepada pasien ODGJ berinisial K. Berlokasi di Desa Dukuhsalam, Kecamatan Slawi, Kabupaten Tegal, Kamis (13/7/2023).

TRIBUN-PANTURA.COM, SLAWI - Dalam rangka menangani dan mendeteksi masalah kesehatan jiwa secara dini, Puskesmas Slawi menghadirkan layanan kesehatan jiwa atau disebut Keswa. 

Menggunakan mobil ambulans layanan puskesmas keliling, tim Keswa melakukan pendampingan klien Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ), di Desa Dukuhsalam, Kecamatan Slawi, Kabupaten Tegal, Kamis (13/7/2023). 

Tim Keswa jemput bola melakukan pendampingan dan pemeriksaan langsung mendatangi ke rumah klien ODGJ tersebut. 

Programer Keswa Andi Amirudin Faqih melakukan proses pemeriksaan seperti tekanan darah, detak jantung, denyut nadi, dan sambil terus berkomunikasi dengan klien. 

Andi juga mengajukan beberapa pertanyaan, dan hal itu merupakan kegiatan Self Reporting Questionnaire (SRQ). 

Adapun yang dimaksud SRQ yakni kuesioner yang dikembangkan oleh World Health Organization (WHO) sebagai alat ukur adanya masalah atau gangguan jiwa terhadap seseorang. 

"Jadi perlu saya sampaikan, kuesioner (SRQ) dibuat untuk mendeteksi gejala awal gangguan kejiwaan yang terdiri dari 20 pertanyaan."

"Jika pasien atau klien menjawab "Ya" lebih dari enam, maka kami akan memberi konseling atau penanganan lebih lanjut," ungkap Andi Amirudin. 

"Sesuai hasil pemeriksaan yang kami lakukan, pasien masih sering mendengar bisikan-bisikan terutama ketika di tempat gelap dan sedang sendiri."

"Kalau gejala awalnya sejak tahun 2020 lalu, pasien sering tiba-tiba mengamuk dan mendengar bisikan. Ya akan kami kaji terlebih dahulu, semisal bisa diobati ya sementara kami berikan obat dahulu tidak langsung dievakuasi ke puskesmas," terangnya. 

Dijelaskan oleh Andi, tren gangguan kesehatan jiwa di masyarakat khususnya wilayah Kecamatan Slawi mengalami peningkatan karena setiap bulannya paling tidak ada 3-5 temuan pasien baru. 

Sementara sesuai data terakhir, pasien gangguan kesehatan jiwa di Kecamatan Slawi mencapai 117 orang dan sudah rutin minum obat. 

Dari jumlah tersebut ada yang baru menjalani pengobatan selama dua bulan, ada yang sudah mencapai satu tahun, dan ada yang sudah bertahun-tahun. 

"Faktor penyebab seseorang mengalami gangguan jiwa yang paling sering kami temukan yakni karena masalah ekonomi terutama pasca pandemi Covid-19. Selain itu, faktor lain karena broken home (keluarga tidak utuh) dan beberapa ditemukan pada remaja," ujarnya. 

Andi menambahkan, pemberian obat dilakukan setiap sebulan sekali. 

Pengambilan obat bisa diwakilkan keluarga, atau menyesuaikan kondisi apakah bisa diambil sendiri apa tidak. 

Jika memang tidak bisa mengambil sendiri, maka tim dari keswa Puskesmas Slawi yang akan mengunjungi atau mengantar ke rumah. 

"Untuk pemantauan, kami dibantu oleh kader Keswa. Sedangkan untuk obatnya tersedia di Puskesmas dan RSUD dengan resep dokter. Semuanya gratis jika menggunakan kartu BPJS Kesehatan. Bagi yang belum memiliki, nantinya akan kami bantu menguruskan," imbuh Andi. (*)