TRIBUN-PANTURA.COM, SLAWI - Bupati Tegal Umi Azizah, membuka secara langsung kegiatan Gunung Tanjung Festival (Giri Tanjung Fiest) 2023 yang digelar di area Kampung Seni Desa Lebaksiu Lor, Kecamatan Lebaksiu, Kabupaten Tegal, Kamis (14/9/2023).
Kegiatan yang berlangsung mulai tanggal 12-17 September 2023 ini, digelar dengan berbagai rangkaian acara.
Rinciannya, bazar dan pameran budaya berlangsung pada Selasa (12/9/2023) sampai Sabtu (17/9/2023), mulai pukul 14.00-22.00 WIB.
Ritual tradisi, opening Giri Tanjung Fiest, Festival Ponggol, pada Rabu (13/9/2023).
Kemudian pada Kamis (14/9/2023), berlangsung parade hadroh, dialog budaya dan sintren yang disaksikan langsung Bupati Tegal Umi Azizah.
Pada Jumat (15/9/2023), berlangsung Tanjung Sari Got Talent dan hiburan, mulai pukul 14.00-22.00 WIB.
Sabtu (16/9/2023), berlangsung lomba mewarnai, permainan rakyat, dan pentas legenda bukti Tanjung.
Terakhir, Minggu (17/9/2023) ditutup dengan kegiatan lomba senam kreatif mulai pukul 08.00 WIB.
Dalam sambutannya, Bupati Tegal Umi Azizah, menyatakan bahwa dirinya mendukung penyelenggaraan Pekan Kebudayaan Kabupaten Tegal yang tahun ini ditempatkan di Gunung Tanjung.
Melihat banyak ragam pementasan seni budaya dari anak-anak sekolah, Umi menilai keragaman budaya inilah yang harus terus dilestarikan karena dapat memberikan kontribusi besar dalam membangun peradaban ke depan.
"Gunung Tanjung Festival, adalah bagian dari upaya kita menggugah kecintaan terhadap kekayaan budaya bangsa, nusantara, khususnya budaya masyarakat di Kabupaten Tegal supaya tidak kehilangan jati diri. Maka, saya mendukung penuh penyelenggaraan Pekan Kebudayaan ini," kata Umi.
Agar upaya pelestarian seni budaya membuahkan hasil yang maksimal, lanjut Umi, maka dia titip pesan para pemeduli dan pelaku pembangunan agar menyampaikan nilai-nilai budaya yang terkandung dalam setiap unsur kebudayaan dengan cara yang lebih bisa diterima anak zaman sekarang.
Tidak hanya sebagai tontonan, seni dan budaya jawa sejatinya sarat kandungan pesan tuntunan hidup untuk selalu mengingat keagungan Tuhan.
Mengajak setiap insan mengamalkan ajaran tentang amar makruf nahi mungkar, menghaluskan rasa, mengajarkan tata krama, tata bahasa, memperkuat toleransi dan memoderasi kehidupan keagamaan.
Selain juga menjaga keharmonisan dalam keberagaman dan memperkuat sistem sosial masyarakat.
Kemajuan teknologi informasi di era digital telah membuka peluang sekaligus tantangan dalam upaya pelestarian warisan budaya, termasuk seni tradisi.
"Hal ini sekaligus peluang dan tantangan kita untuk menciptakan brand image kebudayaan jawa, khususnya adat Tegalan untuk kemudian membesarkannya sehingga akan mendatangkan keuntungan. Termasuk keuntungan ekonomi bagi para seniman, budayawan, juga mereka yang bergerak di sektor industri pariwisata," ungkap Umi.
Ketua Dewan Kebudayaan Daerah (DKD) Kabupaten Tegal, Haryo Susilo, menjelaskan kegiatan Gunung Tanjung Festival diprakarsai oleh guru seni di Kabupaten Tegal yang tergabung dalam Gita Puspita Manajemen.
Kebetulan Gita Puspita Manajemen diketuai oleh Mujiarti yang juga Kepala SMPN 1 Slawi, Kabupaten Tegal.
Adapun turut andil pada kegiatan yang menjunjung budaya lokal ini, yaitu Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dikbud) Kabupaten Tegal.
Haryo menyebut, Gunung Tanjung Festival baru pertama kali terselenggara. Pihaknya berencana membuat kegiatan tersebut menjadi even rutin tahunan.
"Rangkaian acaranya beragam, seperti pada saat Rebo Wekasan dilakukan istigosah. Kemudian parade hadroh, ajang pencarian bakat, ada juga lomba permainan tradisional, dan dialog kebudayaan membahas tentang jamu di wilayah Kabupaten Tegal," jelas Haryo.
Ditanya mengenai sejarah atau cerita dibalik Gunung Tanjung ini, Haryo menerangkan bahwa sejak dulu sudah ada tradisi rebo wekasan dilaksanakan selama bertahun-tahun.
Bagaimana masyarakat melakukan tradisi, doa, dan perjalanan ziarah ke atas Gunung Tanjung dalam rangka menolak bala.
Sementara dalam syariat Islam, Rebo Wekasan memiliki makna ada bala (malapetaka) yang turun, sedangkan secara tradisi diselesaikan dalam bentuk kebudayaan.
"Tujuannya apa? Supaya Islam dan Kebudayaan bisa berjalan bersama atau beriringan," ujarnya.
Pada kesempatan itu, Haryo bersama teman-teman pegiat budaya lain yang ada di Kabupaten Tegal sekaligus mengusulkan sebuah program bernama "Bangga Budaya Desa."
Program tersebut, diakui Haryo terinspirasi dari program Merdeka Sampah yang sesuai sepengetahuan dirinya desa atau wilayah yang siap, maka bisa mendapat pendanaan kurang lebih Rp 100 juta.
Sehingga Haryo berharap program tersebut juga bisa diaplikasikan di sektor kebudayaan juga.
"Dengan kata lain, nantinya desa-desa yang siap mengadakan even budaya bisa mendapat rangsangan anggaran dari Pemerintah Kabupaten Tegal," tandasnya. (*)