TRIBUN-PANTURA.COM, DEMAK - Dampak harga beras yang melambung tinggi membuat sebagian warga di Kabupaten Demak terpaksa mengais padi gagal panen yang membusuk usai terendam banjir sekitar dua pekan lalu.
Padi-padi yang masih bisa diolah rencananya akan digunakan warga untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Hal itu terpaksa dilakukan karena kondisi perekonomian belum stabil paska banjir pantura merendam.
Satu diantara lahan pertanian yang terdampak banjir yakni di area persawahan Desa Cangkring, Kecamatan Karanganyar, Kabupaten Demak.
Di sawah tersebut petani dan warga turun ke sawah untuk mengais gabah yang tidak layak jual lantaran terendam banjir. Kebanyakan kondisi gabah di situ sudah busuk.
Meski gabah yang semula menguning terendam banjir sekitar dua minggu namun sebagian warga mengatakan bahwa bulir padi masih bisa dikonsumsi jika sudah digiling.
"Kalau dilihat di luar sudah busuk tapi didalamnya (beras) masih bisa dibuat makan. Tapi kalau dimasak ya warnanya buteg (keruh) tidak putih seperti biasanya, terus bentuknya ya sudah remuk," jelas Suhami warga sekitar, Senin (4/3/2024).
Kendati demikian, Suhami terpaksa agar tetap bisa makan sehari-sehari di tengah harga beras yang sedang melambung tinggi dan pemulihan ekonomi paska banjir.
"Dari pada beli mahal, mending cari gabah-gabah terus diolah kemudian dimakan. Walau keliatan busuk kaya gini tapi masih bisa diolah. Ini cuma dapat 10 kilogram gabah. Kalau beras Rp15.000 perkilonya kan kalau beli," tuturnya.
Adanya fenomena warga mengais gabah busuk ini tidak dilarang oleh petani yang mengolah area persawahan itu. Pasalnya ketimbang gabah terbuang sia-sia, lebih baik dimanfaatkan oleh warga.
Selain itu, para warga yang mengambil gabah busuk akibat gagal panen itu membuat petani tak kesusahan untuk membersihkan lahan.
Karena padi yang terendam banjir berhari-hari sudah tidak laku dijual, jika dipaksakan untuk panen hasilnya pun lebih besar di ongkos karena kualitas berasnya buruk.
Ahmad Hambali salah satu petani, mengakui bahwa padi itu seharusnya siap dipanen, namun akibat banjir yang tiba-tiba merendam daerah persawahan itu, menjadikan padi tak bisa dipanen.
"Ya gagal total secara balik modal enggak bisa, karena kebanjiran. Di sawah pada busuk padi-padinya enggak bisa dipanen, sekarang nyari padi sebisanya, yang punya lahan bilang diambil aja dari pada enggak kepakai, memang karena beras lagi mahal," jelasnya.
Dari data yang didapatkan, dampak banjir akibat tanggul Sungai Wulan jebol pada Kamis 8 Februari 2025 lalu membuat sekitar 3.427 hektare lahan persawahan tergenang banjir, dimana 1.970 hektare diantaranya gagal panen atau puso. (*)