Berita Tegal

Deteksi Dini TBC di Lapas Kelas llB Slawi Tegal, 100 Warga Binaan Jalani Skrining Intensif

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Kegiatan penemuan kasus Tuberkulosis (TBC) secara aktif di masyarakat, diselenggarakan Dinas Kesehatan Kabupaten Tegal bekerja sama dengan USAID Bebas TB Provinsi Jawa Tengah. Berlokasi di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas IIB Slawi, Kabupaten Tegal belum lama ini.

TRIBUN-PANTURA.COM, SLAWI - Sebagai upaya meningkatkan deteksi dini dan penemuan kasus Tuberkulosis (TBC) di kelompok rentan, Dinas Kesehatan Kabupaten Tegal bekerja sama dengan USAID Bebas TB Provinsi Jawa Tengah, melaksanakan Active Case Finding (ACF) atau kegiatan penemuan kasus TBC secara aktif di masyarakat. 

Kegiatan penemuan kasus TBC kali ini, diadakan di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas IIB Slawi, Kabupaten Tegal belum lama ini. 

Kepala Bidang Upaya Kesehatan Masyarakat dan Upaya Kesehatan Perorangan Dinas Kesehatan Kabupaten Tegal Sarmanah Adi Muraeny menjelaskan, kegiatan skrining TBC dengan penggunaan Chest X-Ray (CXR) dan Tuberculin Skin Test (TST) terhadap 100 Warga Binaan, mengingat kelompok ini termasuk dalam kategori rentan terhadap penularan TBC.

Skrining TBC ini terdiri dari pemeriksaan fisik, anamnesa, tes mantoux, tes dahak, rontgen, sekaligus pengetesan HIV.

Melalui kegiatan ini, diharapkan kasus-kasus TBC dapat ditemukan lebih awal, sehingga penanganan dan pengobatan bisa dilakukan segera.

"Kasus TBC di Kabupaten Tegal selama  Januari sampai Juni 2024 ditemukan sebanyak 2.840 TB SO dan 37 TB OR.  Sedangkan estimasi kasus TBC di Kabupaten Tegal menurut Kementrian Kesehatan terdapat 6.913 kasus," jelas Sarmanah, dalam rilis yang diterima, Senin (22/7/2024). 

Sarmanah juga berpesan kepada masyarakat Kabupaten Tegal, jika mengalami batuk berdahak selama seminggu segara periksa di puskesmas terdekat. 

Dirinya juga menjelaskan gejala TBC antara lain mengalami batuk berdahak, sesak nafas, keringat dingin pada malam hari, demam, nafsu makan menjadi turun bahkan jika sudah parah akan mengalami batuk darah.

“Kita harus berupaya untuk menemukan sebanyak mungkin, salah satunya dengan kegiatan ini. Jadi, kita baru menemukan sekitar 40 persen kasus dari estimasi yang saya jelaskan sebelumnya,” kata Sarmanah.

Selain melakukan kegiatan skrining di Lapas Slawi, Dinas Kesahatan Kabupaten Tegal juga berencana melakukan ACF di perusahaan dan sekolah se-Kabupaten Tegal. 

Untuk pemeriksaan di sekolah hanya dilakukan pada tahun ajaran baru, dengan penjaringan di kelas satu baik di tingkat SD, SMP atau SMA sederajat oleh Puskesmas.

“Jangan sampai sudah ada gejala yang lain. Jika mengalami batuk berdahak segera periksa, lebih dini lebih baik,” tegas Sarmanah. 
 
Sementara itu, Kasubsi Perawatan Narapidana dan Anak Didik Lapas Kelas IIB Slawi Akhmad Budi Hermanto menyampaikan, penanganan TBC di Lapas Slawi terdapat ruang isolasi. 

Ruang isloasi ini berupa kamar khusus untuk warga binaan yang terkena TBC untuk membatasi atau mencegah penularan.

“Bagi yang terkena TBC diberikan kamar khusus namun tetap diberikan haknya. Misalkan harus olahraga kecil atau berjemur tetapi diatur waktunya. Selain itu, kita batasi di blok yang memang minim populasinya,” terang Budi.

Budi juga menuturkan, Lapas sebagai area kelompok rentan yang notabennya susah dalam membatasi ataupun meminimalisir penularan ketika ada yang terkena, tapi tidak terkonfimasi atau tidak terskrining dengan baik, karena satu kamar di Lapas dengan kapasitas tinggi dapat diisi 15-20 orang.

“Kami juga sudah memulai meminimalisir dengan menempatkan warga binaan yang tidak merokok di kamar bebas rokok sendiri,” ungkapnya. (*)