Berita Semarang
Terhalang Pandemi, Anak SD di Ungaran Upacara 17an di Depan TV
Para siswa SDN Genuk 02 Ungaran Barat, Kabupaten Semarang mengikuti upacara bendera memperingati hari kemerdekaan ke-75 Republik Indonesia di rumah
Penulis: akbar hari mukti | Editor: Rival Almanaf
TRIBUN-PANTURA.COM, UNGARAN - Para siswa SDN Genuk 02 Ungaran Barat, Kabupaten Semarang mengikuti upacara bendera memperingati hari kemerdekaan ke-75 Republik Indonesia di rumah, Senin (17/8/2020).
Para siswa kelas 1 sampai 6 yang tinggal di Argo Kencana, Candirejo, Ungaran Barat, Kabupaten Semarang itu mengenakan seragam sekolah lengkap dengan dasi dan topi dalam mengikuti upacara di salah satu rumah siswa.
• Polwan dan Ibu-ibu PKK di Kota Tegal Lakukan Gebrak Masker, Bagikan Masker di Hari Kemerdekaan
• Breaking News: Jaksa Penuntut Umum Kasus Penyiraman Air Keras Novel Baswedan Meninggal Dunia
Sebanyak enam siswa SDN Genuk 02 Ungaran Barat itu tampak berbaris rapi dalam mengikuti upacara.
Di depan mereka, tampak sebuah televisi yang sedang menayangkan detik-detik upacara pengibaran bendera memperingati hari kemerdekaan ke-75 Republik Indonesia di Istana Kepresidenan, Jakarta.
Sedangkan para orangtua siswa itu berada di belakangnya sembari melihat anak mereka mengikuti upacara.
Protokol kesehatan pun tampak diaplikasikan.
Di antaranya enam siswa yang mengikuti upacara di rumah itu jaga jarak.
Salah satu siswa peserta upacara, M Afif Rizky (10) mengatakan alasan ia dan teman-temannya mengenakan seragam sekolah lengkap, sebab mereka kangen melakukan kegiatan belajar mengajar (KBM) secara tatap muka lagi.
Saat ini menurutnya KBM tatap muka belum dapat digelar sebab masih dalam masa pandemi corona
"Bosan di rumah terus. Inginnya datang ke sekolah lagi, bertemu guru dan teman-teman sekolah," katanya.
Menurutnya, ia dan teman-temannya sudah tak melakukan KBM secara tatap muka sejak Maret kemarin.
Siswa kelas 5 SD itu mengatakan sistem pembelajaran jarak jauh (PJJ) tak dapat diikutinya dengan maksimal.
"Kesulitannya saat lewat daring jadi kesusahan saat mendapatkan materi baru, sehingga ada detil materi yang terlewatkan," paparnya.
Salah satu orangtua siswa, Fatimah (42) mengaku penggunaan seragam lengkap dalam mengikuti upacara itu keinginan para siswa.
Ia dan orangtua lain pun mengaku mengizinkan mereka mengenakannya.
"Kelihatannya mereka kangen sekolah lagi. Karena saat upacara di rumah saja, mereka sangat semangat," katanya.
• Toko Kertas di Semarang Ludes Terbakar, Sumber Api Diduga Korsleting Listrik
• BI Akan Luncurkan Uang Rupiah Khusus, Seperti Apa Wujudnya?
Ia mengaku implementasi PJJ hingga saat ini belum optimal dilakukan para siswa SD termasuk anaknya.
Sebab selain harus terus membeli kuota internet, terkadang sinyal internet yang tak stabil membuat materi yang disampaikan guru tak diterima secara optimal para siswa.
"Harapan kami corona berakhir, mereka bisa kembali ke sekolah. Atau dari pihak sekolah memberi inovasi baru agar anak tak jenuh," paparnya. (Ahm)