Berita Jateng

Sekolah Virtual untuk Anak Putus Sekolah Diuji Coba di Brebes dan Boyolali, Seperti Apa?

Upaya menciptakan sekolah tanpa sekat terus dilakukan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah.

Penulis: mamdukh adi priyanto | Editor: Rival Almanaf
Istimewa
Gubernur Ganjar saat meresmikan Sekolah Virtual secara daring 

TRIBUN-PANTURA.COM, SEMARANG - Upaya menciptakan sekolah tanpa sekat terus dilakukan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah. Konsep sekolah tanpa sekat ini merupakan program yang dicantumkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Pemprov Jateng.

Tujuannya, untuk memberikan kesempatan secara luas kepada masyarakat dalam mendapatkan pelayanan pendidikan, tanpa ada batasan pembiayaan, status sosial, dan ekonomi. Termasuk gender dan disabilitas.

Semuanya mendapat kesempatan dan hak yang sama untuk memperoleh pendidikan.

Kali ini, Gubernur Jateng, Ganjar Pranowo mengadakan sekolah virtual untuk siswa yang putus sekolah di provinsi ini.

Baca juga: Pemerintah Janjikan Vaksi Covid-19 Sudah Tersedia di Bulan November

Baca juga: Karena Pandemi Persibas Banyumas Putuskan Tak Ikut Liga 3 Musim Ini

Baca juga: Penjual Togel di Kabupaten Tegal Terancam Hukuman 10 Tahun Penjara

Baca juga: Melalui KIT Wihaji Janjikan Batang Jadi Surga Investasi

Siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) yang tidak bisa melanjutkan ke level Sekolah Menengah Atas (SMA) bisa mengikuti sekolah virtual ini.

Untuk tahapan awal, sekolah virtual dibuka di dua tempat, yakni di SMA Negeri 3 Brebes dan SMA Negeri 1 Kemusu Boyolali.

Ganjar menerangkan, ide awal pembuatan sekolah virtual ini untuk memberikan semua anak- anak kesempatan belajar. Banyak anak- anak yang tidak melanjutkan sekolah atau berhenti sekolah, karena alasan biaya.

"Maka kami buat konsep sekolah virtual ini, agar mereka yang tidak sekolah atau berhenti sekolah karena faktor ekonomi, tetap bisa sekolah dengan baik. Akan kami dampingi dan bantu mereka melanjutkan cita- citanya," kata Ganjar, dikutip dalam keterangannya, Selasa (13/10/2020).

Sekolah virtual itu diampu sekolah negeri di SMAN 3 Brebes dan SMAN 1 Kemusu Boyolali yang masing- masing ada 36 siswa dalam satu rombongan belajar.

Meskipun virtual, tetap harus ada sekolah yang mengampu sehingga proses belajar mengajar yang didapat bisa tetap memenuhi standar pendidikan nasional.

Model pembelajaran dan penilaian dilakukan secara virtual mandiri melalui modul dan video, kelas maya melalui video pembelajaran, dan sekali tempo tutorial tatap muka dengan jumlah terbatas.

"Harapannya, anak-anak ini bisa tetap belajar di rumah dengan sistem daring dan sekali- kali bisa tatap muka. Maka, mereka anak-anak yang punya cita-cita bagus, akan mendapatkan kesempatan," ujarnya.

Peresmian sekolah virtual dilakukan secara daring oleh Ganjar di ruang kerjanya, Selasa (13/10/2020).

Hadir dalam acara itu, sejumlah siswa yang mengikuti sekolah virtual beserta orangtua masing-masing.

Plt Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Jawa Tengah, Padmaningrum menambahkan setidaknya ada 45.000 anak di Jawa Tengah yang tidak sekolah atau putus sekolah karena permasalahan biaya.

Untuk itu, sekolah virtual ini diharapkan bisa menjadi solusi atas persoalan itu.

"Mereka yang ikut sekolah virtual ini semuanya gratis, kami berikan fasilitas berupa handphone dan juga beasiswa," jelasnya.

Bantuan yang diberikan pemerintah untuk memfasilitasi program Sekolah Virtual antara lain perangkat pembelajaran berupa ponsel dan paket data atau pulsa, dukungan Bantuan Operasional Sekolah (BOS) dari APBN, Bantuan Operasional Pendidikan (BOP) APBD Jateng, dan beasiswa.

Baca juga: Dua Investor Baterai Mobil Listrik Ajukan Permintaan Menempati KIT Batang

Baca juga: Pemkab Tegal Persilakan PT Akuo Energi Indonesia Bangun Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB)

Baca juga: Listrik di Sebagian Jateng dan DIY Padam, Ada Gangguan Subsistem Kesugihan

Baca juga: Viral Bupati Blora Asyik Bernyari Tanpa Masker, Begini Pengakuannya

Ke depan, pihaknya akan terus membuka sekolah virtual ini di daerah- daerah pelosok dan tergolong miskin.

Padma menjelaskan, sistem sekolah virtual sama dengan sekolah reguler. Mereka yang menjadi siswa sekolah virtual, juga akan tercatat dalam data pokok pendidikan (Dapodik) siswa.

Mereka akan mendapatkan kurikulum yang sama, serta saat lulus juga mendapatkan ijazah yang diakui.

"Semuanya sama, dia masuk Dapodik siswa di sekolah yang mengampu itu. Hanya saja metodenya sedikit berbeda, mereka banyak sekolah di dunia maya, dan sesekali dilakukan tatap muka," imbuhnya.(mam)

 
 

Sumber: Tribun Pantura
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved