Berita Semarang
Dampak Disrupsi Media Massa, Penggiat Sastra di Semarang Dokumentasikan Pusi Koran ke Dalam Buku
Hari-hari ini media cetak dianggap sudah menemui masa-masa senjakala. Penyebabnya tak lain adalah munculnya media baru berbentuk digital.
“Setiap akhir pekan selama hampir setahun, tepatnya sepuluh bulan, saya membeli koran dan membaca puisi di koran-koran tersebut, lalu mencatat dan mengulasnya ke dalam catatan apresiasi dan esai,” ungkapnya.
Setia Naka Andrian, penyair Semarang, menganggap dokumentasi ini jarang dilakukan.
“Biasanya hanya didokumentasikan secara fisik atau dipindai, tetapi Widyanuari memberi catatan, dan ini adalah kerja dokumentasi yang sudah jarang sekali dilakukan oleh para akdemisi dan penulis kita," tambahnya.
Sementara itu, jurnalis dan esais M. Yunan Setiawan justru memberi kritik atas buku tersebut karena catatan yang dihadirkan tidak sepenuhnya kliping puisi, melainkan ada pula reportase acara. “Secara konsep itu mengganggu konsistensi konsep buku tersebut,” tegasnya. (*)