Berita Jateng

Mantan Bomber Bali I Ungkap JI Senang Gunakan Tempat Wisata sebagai Markas Latihan, Ini Alasannya

Mantan Bomber Bali I Ungkap JI Senang Gunakan Tempat Wisata sebagai Markas Latihan, Ini Alasannya

Divisi Humas Polri
Densus 88 Anti Teror Polri berhasil membongkar sasana atau pusat latihan Jaringan Teroris Jamaah Islamiyah (JI) di sejumlah lokasi di Jawa Tengah. Salah satunya terletak di Desa Gintungan, Bandungan, Semarang, Jawa Tengah. 

TRIBUNPANTURA.COM, SEMARANG - Tempat wisata dan daerah pegunungan adalah lokasi yang paling banyak diminati untuk dijadikan tempat pelatihan teroris.

Hal ini dikatakan mantan nara pidana kasus terorisme, Mahmudi Hariyono.

Mahmudi Hariyono adalah mantan anggota Jamaah Islamiyah (JI), yang juga merupakan bomber dalam kasus Bom Bali I.

Baca juga: Mengapa Teroris Pilih Villa di Bandungan sebagai Sasana Tempur? FKPT Jateng Singgung Jogo Tonggo

Baca juga: Ini Lokomotif Antik D 301 untuk Percantik Taman Pancasila Kota Tegal, Jumadi: Direstorasi Dulu

Baca juga: Kabar Duka, Mbah Kung Hendrawan Kakek Sugiono Versi Indonesia Meninggal Dunia

Baca juga: PT KAI Kaji Penggunaan Gedung Birao sebagai Destinasi Wisata Sejarah: Bisa Jadi Landmark Kota Tegal

Mahmudi mengatakan secara sederhana jika memiliki lahan luas maka tempat latihan dibuat standar militer.

Namun jika serba terbatas maka tempat latihan memanfaatkan fasilitas yang ada.

"Jadi ya serba terbatas, mereka mau teriak juga tidak maksimal."

"Jadi ada poin-poin yang masih terbatas jika dilakukan di ruangan," jelas mantan napi terorisme yang sekarang menjadi Ketua Yayasan Persadani, Senin (28/12/2020).

Menurutnya, tidak hanya Bandungan saja yang dijadikan tempat latihan oleh Jamaah Islamiyah (JI).

Tempat-tempat pegunungan disenangi JI untuk berlatih karena lokasinya yang aman.

"Kalau di tempat wisata tidak mungkin pengamanannya bisa detail biasanya yang diincar kejahatan Narkoba."

"Tapi kalau terorisme lebih aman di tempat-tempat tersebut," terangnya.

Dikatakannya, ada dua versi latihan terorisme yakni versi di hutan dan perkotaan.

Kalau di hutan versi latihannya militer, namun kalau di kota hanya penyesuaian materi yang dengan lingkungan.

"Kalau yang di kota diajarkan antisipasi penggerebekan."

"Jadi tempat yang digunakan di latihan di daerah pegunungan. Biar dianggapnya seperti wisata biasa," tutur dia.

Selain itu, kata dia, JI biasanya melakukan latihan di masa liburan. Jika dilakukan pada hari biasa sangat riskan diketahui oleh kepolisian.

"Jadi kalau latihan pas momen tertentu saja seperti saat week end."

"Kalau hari biasa sangat riskan jika berkumpul," tutur dia.

Dikatakannya, JI saat ini tidak sebesar dulu. Rata-rata anggota JI saat ini adalah amatir.

Halaman
12
Sumber: Tribun Pantura
Berita Terkait
  • Ikuti kami di

    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved