Berita Jateng

Mengapa Teroris Pilih Villa di Bandungan sebagai Sasana Tempur? FKPT Jateng Singgung Jogo Tonggo

Mengapa Jamaah Islamiyah Jadikan Villa Bandungan sebagai Sasana Tempur? Begini Kata FKPT Jateng: Jogo Tonggo Itu Penting

Penulis: M Nafiul Haris | Editor: yayan isro roziki
Istimewa
Kondisi bangunan vila yang diduga dipakai tempat pelatihan teroris di RT 1/ RW 5 Dusun Gintungan, Kecamatan Bandungan, Kabupaten Semarang, Senin (28/12/2020). 

FKPT Jateng singgung konsep Jogo Tonggo, dalam 'memerangi' jaringan terorisme. Termasuk analisa soal villa di Bandungan yang dijadikan sasana tempur oleh Jamaah Islamiyah.

TRIBUNPANTURA.COM, UNGARAN - Forum Koordinasi Penanggulangan Terorisme (FKPT) Provinsi Jawa Tengah meminta warga senantiasa meningkatkan kewaspadaan terhadap berbagai kegiatan ditengah masyarakat.

Terlebih, jika aktivitas yang berlangsung dicurigai mengandung unsur kekerasan atau terorisme.

Diketahui Detasemen Khusus (Densus) 88 Anti Teror Mabes Polri berhasil membongkar jaringan terorisme yang memanfaatkan hunian sebagai tempat pelatihan dan pengkaderan berkedok sasana beladiri di Dusun Gintungan, Kelurahan Bandungan, Kecamatan Bandungan, Kabupaten Semarang.

Baca juga: Densus 88 Ungkap Sasana Tempur Jaringan Teroris di Bandungan: Pelatihan Sergap Pasukan VVIP

Baca juga: PT KAI Kaji Penggunaan Gedung Birao sebagai Destinasi Wisata Sejarah: Bisa Jadi Landmark Kota Tegal

Baca juga: SD dan PAUD Belum akan Gelar Sekolah Tatap Muka, Ini Alternatif Pembelajaran dari Kemendikbud

Baca juga: Ihwal Vaksinasi Covid-19, F-PKB DPRD Jateng Minta Santri Ponpes Jadi Prioritas, Begini Alasannya

Ketua FKPT Provinsi Jateng Syamsul Maarif mengatakan pemilihan lokasi berdekatan dengan tujuan wisata dinilai bentuk baru dari gerakan terorisme.

Melihat fakta itu dia mengajak seluruh komponen masyarakat membuat gerakan tandingan seperti konsep Jogo Tonggo.

“Maksudnya apa? Jogo Tonggo itu luas tidak hanya perihal kesehatan ditengah pandemi tetapi juga menyangkut ideologi dan jangan meninggalkan anak muda tetapi libatkan mereka dalam setiap kegiatan positif,” terangnya saat dihubungi Tribunpantura.com, Senin (28/12/2020)

Menurut Syamsul, sejak dahulu gerakan terorisme selalu menyasar generasi muda terutama mereka yang tergolong berprestasi untuk dijanjikan beragam hal irasional.

Kemudian, para orangtua juga harus bisa membangun kedekatan dengan anak dan sering melakukan dialog.

Ia menambakan, dengan komunikasi yang baik diyakini bakal tumbuh generasi baik dengan standar karakter sesuai nilai-nilai pancasila.

Sehingga, secara otomatis kultur bertentangan norma di masyarakat tidak akan diikuti.

“Jadi intinya masyarakat ini musti cerdas."

"Terlebih jika ada pendidikan semi militer kemudian menyimpang jauh misalnya mengajak gerakan mengganti ideologi dan sebagainya."

"Lalu kesannya menutup diri, tersembunyi."

Nah, ini perlu ada gerakan akar rumput tokoh agama dan masyarakat untuk membangun komunikasi intens,” katanya

Syamsul menyebutkan, pola terorisme selalu memanfaatkan situasi tertentu yang terkadang warga tidak menyadari.

Tetapi lanjutnya, jika narasi atau ajakan dan terdapat transmisi untuk melakukan jihad, melemahkan pemerintah dan hoaks dapat dibilang indikator gerakan terorisme.

Halaman
12
Sumber: Tribun Pantura
Berita Terkait
  • Ikuti kami di

    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved