Berita Regional

Tetap Terjadi Kerumunan Malam Tahun Baru di Malioboro dan Titik Nol, Pemkot Yogya Disebut Ndableg

Titik nol kilometer Yogyakarta tetap terjadi kerumunan saat malam pergantian tahun.

Editor: Rival Almanaf
Kompas.com
Kerumuanan di sekitar titik nol kota yogyakarta saat pergantian malam tahun baru(Kompas.com/Wisang Seto Pangaribowo) 

TRIBUN-PANTURA.COM, YOGYAKARTA - Titik nol kilometer Yogyakarta tetap terjadi kerumunan saat malam pergantian tahun.

Banyak pengunjung yang tidak menerapkan protokol kesehatan saat pandemi di Kota Yogyakarta mendapatkan respon dari ketua Panitia Khusus (pansus) Covid-19 Kota Yogyakarta.

Ketua Pansus Covid-19 Kota Yogyakarta sekaligus anggota DPRD Kota Yogyakarta Antonius Fokki menyayangkan keputusan Ketua Harian Gugus Tugas Penanganan Covid-19 Kota Yogyakarta Heroe Poerwadi.

Baca juga: Akibat Hujan Deras, Tanah Longsor dan Pohon Tumbang Tutup Jalan arah ke Petungkriyono

Baca juga: Resmi Lionel Messi Berstatus Bebas Transfer, Pintu Keluar Barcelona Semakin Terbuka

Baca juga: Plt Bupati Kudus Batasi Pelayat Habib Jafar Al Kaff untuk Cegah Kerumunan

Baca juga: Ustadz Salmawi : Habib Luthfi punya Kedekatan dengan Habib Jafar Al kaff

 
Menurutnya, dengan menolak wacana penutupan kawasan Malioboro, Tugu Pal Putih, dan Titik Nol, secara politik sudah tidak mengindahkan rekomendasi yang diberikan DPRD Kota Yogyakarta.

 
"Itu merupakan sikap resmi dan sudah disampaikan dalam rapat paripurna, jadi sangat aneh ketika dalam rapat paripurna tersebut, pansus juga sudah disetujui oleh teman-teman fraksi PAN, di mana Mas Heroe adalah Ketua DPD PAN Kota Yogyakarta," katanya saat dihubungi wartawan, Jumat (1/1/2021).

Menurut Fokki, penolakan penutupan tersebut mencerminkan sikap ndableg dari Pemerintah Kota Yogyakarta, lantaran enggan melakukan penutupan di tiga kawasan tersebut saat malam Tahun Baru.

"Pemkot ndableg dan faktanya muncul kerumunan, maka akan mengkaji, apakah rekomendasi dewan yang secara politik ini diabaikan, apakah ke depan berimplementasi hukum," kata dia.

Mengingat, sekarang ini telah muncul maklumat dari Kapolri agar tidak ada kerumunan dengan alasan apapun.

Sambung Fokki, pengkajian tersebut akan segera dilakukan walaupun saat terjadi kerumunan, Pemkot Yogyakarta telah membubarkannya.

"Ya menurut saya iya, soalnya kan banyak dari ahli itu menyampaikan, untuk meminimalisir penularan itu adalah dengan menghambat mobilitas," kata dia.

Sementara itu Wakil Ketua DPRD DIY Huda Tri Yudiana menambahkan, kerumunan merupakan konsekuensi karena tiga lokasi yang menjadi magnet bagi wistawan yang datang ke kota Yogyakarta.

"Saya tidak melihat sendiri hanya melihat dari CCTV yang dimiliki Kominfo memang terlihat sepi, namun kalau memang ada kerumunan ini konsekuensinya kalau ketiga lokasi tersebut dibuka," kata dia.

Dia mempertanyakan pada pukul berapa foto dari CCTV yang menujukkan kondisi sepi diambil.

"Kok berbeda ya foto CCTV dengan kenyataannya apakah diambil di jam berbeda atau bagaimana," kata dia.

Baca juga: Manchester United Berbagi Puncak Klasemen Bersama Liverpool Setelah Tundukan Aston Villa 2-1

Baca juga: Innalilahi Wainna Ilahi Rojiun Habib Jakfar Al Kaf Meninggal Dunia di Samarinda

Baca juga: Penularan Covid-19 di Kabupaten Tegal Mulai Menurun, Namun Satgas Minta Warga Tetap Waspada

Langkah ke depan yang perlu diambil untuk anitisipasi jika terjadi lonjakan, menurut Huda, adalah dengan menambah tempat tidur yang ada di rumah sakit di Yogyakarta.

Menurutnya, hal tersebut merupakan langkah terakhir yang harus dipersiapkan pemerintah.

"Kerumunan sudah terjadi, sekarang berharap tidak terjadi klaster baru. Untuk antisipasi dengan cara menambah kapasitas bed rumah sakit maupun tenaga kesehatan," kata dia.

Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di

    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved