Berita Tekno
Orang Eropa Memilih Reparasi Gawai Rusak daripada Ganti, Bukan Pelit Ini Alasan Mulia di Baliknya
Mengapa Orang Eropa Memilih Reparasi Gawai Rusak daripada Ganti Baru? Bukan Pelit Ini Alasan Mulia di Baliknya
Warga Eropa lebih menyukasi mereparasi atau memberbaiki gawai maupun peralatan eletronik mereka yang rusak, daripada harus membeli yang baru. Mengapa demikian? Ada kesadaran mengurangi sampah elektronik guna menghadapi ancaman krisis ekologi.
TRIBUNPANTURA.COM, PARIS - Kombinasi tukang reparasi amatir yang antusias, kafe-kafe reparasi, dan aturan yang baru di negara ini bisa membantu mengatasi masalah sampah elektronik bekas yang kian menggunung.
Bruno Mottis menyipitkan matanya yang dibingkai kacamata kulit penyu cokelat.
"Hmm....Apakah Anda menumpahkan air di atasnya? Kabel di dalamnya tampak gosong, atau entah bagaimana terputus."
• 5 Kisah Suami-Istri yang Meninggal Hampir Bersamaan karena Covid-19, Anak hingga Tetangga Tertular
• Aston Villa vs Arsenal: Arteta Bawa The Gunners Ulangi Luka 28 Tahun Lalu
• Tragedi Bocah Tewas Tertusuk Keris saat Menari Napak Tilas, Diduga Korban Kerasukan saat Kejadian
• 17 Februari 2021 Seluruh Paslon Pemenang Pilkada 2020 Diharapkan Dilantik, Ini Kata Kemendagri
Mottis, yang merupakan relawan jasa reparasi, membalik timbangan dapur elektrik berwarna merah yang dihiasi dengan tulisan "Tetap tenang dan buat selai" itu, lalu memeriksa papan sirkuitnya dengan detektor voltase di bawah lampu terang.
"Bisa jadi timbangan itu basah saat saya membersihkannya," jawab Imene, warga Paris seperti yang dilansir dari BBC Indonesia pada Sabtu (6/2/2021).
"Saya harap timbangannya bisa diperbaiki, jadi saya tak perlu beli yang baru."
"Kalau saya beli baru, cepat atau lambat akan ada masalah lain dan saya akan membeli timbangan lagi. Itu adalah lingkaran setan."
Ibu kota Perancis memiliki setidaknya belasan tempat yang dinamai "kafe reparasi".
Mereka adalah inisiatif bulanan gratis tempat warga masyarakat bisa memperbaiki peralatan rumah tangga dan elektronik dengan bantuan para relawan.
Inisiatif ini dipelopori oleh jurnalis Martine Postma di Amsterdam pada 2009.
Kini, ratusan lokakarya serupa telah diadakan di seluruh Eropa.
"Kita adalah masyarakat penyuka sampah dan konsumsi berlebihan," ujar Emmanuel Vallée, penyelenggara Kafe Reparasi Paris, yang biasanya dihadiri sekitar 25 orang setiap kali digelar.
Beberapa hadir secara daring sejak diluncurkan pada Mei 2019.
"Kita terbiasa membuang benda-benda yang sebenarnya belum harus dibuang," ucapnya.
Bagi Vallée dan relawan reparasi lain sepertinya, banyak yang harus dikerjakan.