Berita Pemalang
Harga Bunga Melati di Pemalang Meroket Naik 600 Persen
Semerbak wangi bunga melati dan kesejahteraan dari hasil pertaniannya tak lagi dirasa oleh para petani bunga di Kabupaten Pemalang.
Penulis: budi susanto | Editor: muh radlis
Penulis : Budi Susanto
TRIBUNJATENG.COM, PEMALANG - Semerbak wangi bunga melati dan kesejahteraan dari hasil pertaniannya tak lagi dirasa oleh para petani bunga di Kabupaten Pemalang.
Pasalnya, harga bunga melati di Pemalang meroket berlipat-lipat. Bahkan di tingkat petani kenaikan mencapai 600 persen dari harga sebelumnya.
Kondisi itu di karenakan kelangkaan bunga melati baik di tingkat petani hingga di pasaran.
Kelangkaan pasokan tersebut disebabkan cuaca buruk dan banjir yang melanda wilayah Pantura Barat Jateng.
Diketahui Kabupaten Pemalang juga menjadi sentra bunga melati, tepatnya di wilayah Kecamatan Ulujami.
Pertanian bunga melati di Kecamatan Ulujami juga masuk dalam rencana pembangunan kawasan perdesaan sentra agri bisnis Pemkab Pemalang 2019-2023.
Dalam perencanaan agri bisnis di Kecamatan Ulujami itu, terdapat 8 desa yang menjadi sentra pertanian bunga melati.
Adapun 8 desa tersebut, Desa Tasikrejo, Desa Kaliprau, Desa Kertosari, Desa Blendung, Desa Ketapang, Desa Limbangan, Desa Mojo dan Desa Pesantren.
Bahkan Pemkab mencatat produksi tanaman melati pada 2015 lalu di Kecamatan Ulujami mencapai 1.759 ton lebih. Dan diproyeksikan menjadi 3.240 ton pada 2021.
Beberapa petani mengeluhkan kondisi tersebut, karena bencana dan buruknya cuaca harga bunga melati tembus di angka Rp 130 ribu perkilogramnya.
"Padahal harga terendah awalnya hanya Rp 25 ribu perkilogramnya, kini harganya naik tak karuan," jelas Casroni satu di antara petani bunga melati di Desa Kaliprau Kecamatan Ulujami, Senin (22/2/2021).
Dilanjutkannya, mahalnya harga bunga melati karena kelangkaan pasokan dari petani di beberapa daerah.
"Hal itu dikarenakan banjir yang melanda beberapa dawrah sentra bunga melati, seperti di Pemalang. Semua lahan pertanian bunga melati terendam," paparnya.
Terpisah Taryono petani lainya, menambahkan, permintaan bunga melati masih tinggi namun pasokannya tak bisa menentu.
"Pasokannya tidak ada, mau bagaimana lagi karena banjir lahan pertanian jadi tidak produktif. Alhasil terjadi kelangkaan," tambahnya. (bud)