Berita Slawi

Hargai Cabai Meroket, Pedagang Ayam Geprek di Slawi Kurangi Level Pedas

Melonjaknya harga cabai rawit setan di wilayah Kabupaten Tegal mencapai Rp 110 ribu per kilogram, membuat Setiyo Suryanto (36) yang memiliki usaha aya

Penulis: Desta Leila Kartika | Editor: muh radlis
TRIBUN PANTURA/DESTA LEILA KARTIKA
Setiyo Suryanto (36), pemilik Prekju YK (usaha ayam geprek) saat sedang membeli cabai rawit setan di salah satu pedagang di pasar Trayeman Slawi, Senin (1/3/2021). Ia mengaku terdampak dengan kenaikan harga cabai rawit setan yang mencapai Rp 110 ribu per kilogram. Imbasnya ia mengurangi jumlah level yang tadinya 15 menjadi 5 dan harga ayam geprek dinaikkan Rp 1.000. 

Penulis: Desta Leila Kartika 

TRIBUNPANTURA.COM, SLAWI - Melonjaknya harga cabai rawit setan di wilayah Kabupaten Tegal mencapai Rp 110 ribu per kilogram, membuat Setiyo Suryanto (36) yang memiliki usaha ayam geprek harus menaikkan harga jualnya. 

Tidak hanya terpaksa menaikkan harga jual ayam gepreknya, Setiyo juga sampai menurunkan varian level pedas yang tadinya sampai 15 saat ini hanya sampai level 5 saja. 

Dua hal tadi merupakan cara Setiyo mensiasati supaya usaha ayam geprek yang sudah berjalan selama empat tahun ini tetap bertahan. 

"Sejak Oktober 2020 harga Rp 60 ribu per kilogram, lalu naik lagi Rp 80 ribu per kilogram, dan sekarang naik terus menjadi Rp 110 ribu per kilogram.

Jadi uang yang bisa untuk keuntungan saat ini larinya untuk membeli bahan-bahan saja," ungkap Setiyo, pada Tribunjateng.com, Senin (1/3/2021). 

Pemilik Prekju YK yang beralamat di jalan Profesor Muhammad Yamin, No.64, Kudaile, Kecamatan Slawi, Kabupaten Tegal ini mengaku, sejak Januari 2021 menaikkan harga jual ayam gepreknya Rp 1.000.

Dari yang biasanya Rp 12 ribu saat ini Rp 13 ribu, yang biasanya Rp 13 ribu menjadi Rp 14 ribu dan seterusnya.

Dengan kata lain, kedepan harga ayam geprek menyesuaikan dengan harga cabai rawit setan juga. Bisa saja harga kembali mengalami kenaikan.

Karena bahan utama untuk sambal level ayam geprek milik Setiyo menggunakan cabai rawit setan. Ketika diganti dengan jenis cabai yang lain, menurut Setiyo rasanya menjadi aneh dan tidak enak.

Semenjak pandemi Covid-19 pembeli di tempatnya pun 85 persen lebih memilih untuk dibawa pulang ke rumah, sedangkan sisanya memilih untuk dimakan di tempat. 

"Kalau ada yang ingin menambah cabai, sekarang saya kenakan biaya tambahan Rp 500 dapat dua biji cabai rawit setan. Meski saya menaikkan harga dan mengurangi jumlah level kepedasan, tapi karena konsumen juga sudah pada tahu misal harga cabai sedang naik jadi ya mereka tidak komplain," jelasnya. (dta) 

Sumber: Tribun Pantura
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved