Berita Slawi
Larangan Mudik Lebaran 2021, Sopir Bus Terancam Menganggur
Tanggapi larangan mudik lebaran tahun 1442 H mulai 6-17 Mei 2021 supir bus PO Setia Negara, Mastur, mengaku terancam menganggur karena jika
Penulis: Desta Leila Kartika | Editor: muh radlis
Penulis: Desta Leila Kartika
TRIBUNPANTURA.COM, SLAWI - Tanggapi larangan mudik lebaran tahun 1442 H mulai 6-17 Mei 2021 supir bus PO Setia Negara, Mastur, mengaku terancam menganggur karena jika kebijakan tersebut benar terlaksana maka ia tidak bisa beroperasi karena tidak ada penumpang.
Hal ini diutarakan oleh Mastur, saat ditemui di pangkalan bus Terminal Dukuh Salam Slawi, Selasa (13/4/2021).
Supir bus yang sudah bekerja selama 15 tahun ini mengaku sudah mengetahui mengenai kabar larangan mudik ini.
Namun awal informasi yang ia terima mudik masih diperbolehkan tapi hanya 75 persen saja. Kemudian tidak lama muncul informasi baru yang mengatakan melarang mudik lebaran.
Sehingga mulai tanggal 6-17 Mei 2021 seluruh moda transportasi termasuk bus dilarang untuk beroperasi. Inilah yang mengancam Mastur dengan supir bus lainnya karena mereka terancam tidak narik alias menganggur.
"Ya kalau kebijakan larangan mudik benar terjadi kami terancam nganggur tidak ada penghasilan. Karena kami kan sistemnya setoran tiap hari, jadi kalau tidak narik ya kami tidak ada penghasilan apalagi ini dilarang sampai 12 hari," ungkap Mastur, pada Tribunjateng.com.
Dikatakan, setiap harinya bus dari PO Setia Negara yang ada di Terminal Dukuh Salam Slawi dengan tujuan Jakarta dan sekitarnya berangkat paling tidak dua sampai tiga bus.
Kapasitasnya untuk bus yang ada toilet di dalamnya sekitar 43 orang. Harga tiket Rp 120 ribu tiap kursinya.
Saat ini pun kondisi penumpang masih cukup sepi bahkan sejak awal pandemi Covid-19. Ya meskipun tiap hari berangkat, tapi tren nya masih turun dari biasanya sebelum ada pandemi.
"Sebagai supir dan mewakili teman-teman, ya harapannya tetap boleh jalan atau beroperasi normal seperti biasa. Jadi kebijakan larangan mudik jangan terlaksana, karena kami sangat terdampak dan terancam nganggur," harapnya.
Di lokasi yang sama, Kabid Angkutan dan Terminal Dinas Perhubungan Kabupaten Tegal, Suwondo mengatakan, sampai saat ini pihaknya masih menunggu surat edaran resmi dari pemerintah pusat terkait kebijakan larangan mudik.
Tapi secara pribadi ia merasa prihatin dengan keadaan supir bus dan pengusaha bus, karena sudah pasti yang paling terdampak. Pandemi saja sudah sepi ini ditambah ada kebijakan baru.
"Kalau keluhan dari supir atau pengusaha bus yang disampaikan ke kami itu banyak, tapi kan kami hanya mengikuti aturan yang ada yaitu dari Kementerian Perhubungan, sehingga nanti mudah-mudahan ada solusi dan sampai saat ini kami juga masih menunggu SE resminya," jelas Suwondo.
Setiap harinya, bus yang berangkat dari terminal Dukuh Salam Slawi seperti Sinar Jaya paling dua atau tiga kali yang lintasan.
Dewi Sri, Dedi Jaya paling lima kali berangkat, namun kalau jumlah penumpangnya cuma 5 atau 6 orang ya dialihkan ke bus lain.
Saat ini pun kondisi terminal masih sepi, Wondo menyebut pemudik juga belum banyak yang berdatangan. Sejauh ini baru ada pemudik anak pondokan berasal dari gontor dan Ploso.
Jumlah santri dari Ploso Kediri ada sekitar 296 anak, dan yang dari Gontor sekitar 194 anak. Itu pun bertahap putra sendiri dan putri sendiri jadi tidak satu waktu.
Santri tersebut asalnya tidak hanya dari Kabupaten Tegal saja, tapi ada yang dari Kota Tegal dan Brebes.
"Kondisi saat ini sangat memprihatinkan, karena dari semua PO yang ada bus Sinar Jaya yang paling mending sekali jalan jumlah penumpang nya 12 orang. Paling sepi Dewi Sri karena sekali jalan paling isinya satu atau dua penumpang saja. Sehingga semoga saja nantinya ada solusi," terangnya.
Sementara itu, Ketua DPC Organda Kabupaten Tegal Kusmuwanto menambahkan, sekitar 700 kendaraan di Kabupaten Tegal terdampak adanya kebijakan larangan mudik lebaran.
Sehingga ia pun berharap pemerintah bisa memikirkan nasib para supir, teknisi, dan keluarganya, seperti memberikan bantuan sembako atau BLT (bantuan langsung tunai).
"Kalau saya berharapnya pemerintah memikirkan juga nasib supir, teknisi beserta keluarganya. Karena kan kalau kebijakan ini terealisasi otomatis mereka nganggur dan tidak ada penghasilan. Katakan seperti memberikan bantuan sembako atau BLT bagi supir, disisi lain pengusaha bus juga terdampak," ujar Kusmuwanto.
Adapun 700 kendaraan yang terdampak di antaranya yaitu angkutan umum perbatasan plat Kabupaten Tegal, karena yang paling terdampak utamanya angkutan dalam kota. (dta)