Berita Jateng
Ihwal Kericuhan Lukai 2 Nakes RSUD Ambarawa, Edy PPNI: Kasus Terbesar Libatkan Perawat di Jateng
Ihwal Kericuhan Lukai 2 Nakes RSUD Ambarawa, Edy PPNI: Kasus Terbesar Libatkan Perawat di Jateng
Penulis: M Nafiul Haris | Editor: yayan isro roziki
Penulis: M Nafiul Haris
TRIBUNPANTURA.COM, UNGARAN - Ketua Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) Jawa Tengah Edy Wuryanto menilai kericuhan antara keluarga pasien dengan perawat di RSUD Ambarawa, Kabupaten Semarang, adalah kasus terbesar yang melibatkan perawat di Jateng.
Edy Wuryanto mengatakan penilaian itu berdasarkan timbulnya korban luka akibat adanya upaya dugaan penyerangan.
Jika bentuk kekerasan verbal lanjutnya, jumlahnya sudah tidak terhitung.
"Selain itu kejadian serupa juga banyak dijumpai di daerah lain seperti Palembang, Aceh, dan Sulawesi Selatan."
"Saya selaku anggota Komisi IX DPR RI menilai ini preseden buruk bagi tenaga kesehatan di Indonesia," terangnya kepada Tribunpantura.com, di RSUD Ambarawa, Kabupaten Semarang, Sabtub (24/7/2021)
Ia menambahkan, peristiwa yang ada diharapkan menjadi pembelajaran bersama meski cukup menyakitkan bagi tenaga medis karena adanya sebagian masyarakat mengkonsumsi informasi tidak benar.
Dia menyatakan kondisi pandemi Covid-19 membuat jumlah tenaga medis semakin sedikit karena meninggaldunia terpapar Covid-19.
Sementara, mereka mau tidak mau harus menjadi pasukan terdepan di lapangan.
"Perawat ini berat, dia menanggung semua risiko. Jika dokter intensitas bertemu pasien terbatas, tetapi perawat 24 jam, suka dukanya pasien itu pada perawat."
"Jadi, posisi ini harus dipahami oleh publik," katanya
Dia berharap, kejadian serupa yang melanggar hukum agar tidak terulang lagi didaerah lain.
Pihaknya khawatir, jika masyarakat tidak memahami posisi perawat akan timbul protes dan pelayanan kesehatan terganggu.
Edy menegaskan, PPNI Jateng akan melakukan pendampingan kepada seluruh perawat dalam menjamin keselamatan kerja, insentif yang tidak tertangani dengan baik karena faktanya sulit mencari relawan kesehatan.
"Kasus oksigen yang kena perawat, pemakaman perawat. Jadi kami ajak semua menahan diri agar tenaga medis kita fokus bekerja."
"Masyarakat harus hati-hati mencerna informasi, pejabat publik, tokoh masyarakat kalau tidak ahli jangan bicara Covid," ujarnya.
Kronologi
Sebelumnya diberitakan, kericuhan yang melibatkan keluarga pasien Covid-19 dengan tenaga kesehatan (nakes) kembali terjadi.
Kali ini, dua nakes di RSUD Ambarawa, Kabupaten Semarang, terluka terkena benda tajam setelah terlibat kericuhan dengan keluarga pasien Covid-19.
Pasien tersebut meninggal di RSUD Ambarawa. Keluarga pasien tak terima dan emosi saat melihat foto pemulasaraan jenazah sesuai dengan protokol kesehatan (prokes) dan prosedur tetap (protap) Covid-19.
Kericuhan tersebut terjadai pada Jumat (23/7/2021).
Kapolsek Ambarawa AKP Komang Karisma mengatakan peristiwa kericuhan bermula ketika ada pasien positif Covid-19, berinisial NH, meninggal dunia.
"Kemudian ketika hendak dilakukan pemulasaran terhadap jenazah datang pelaku berinisial NAS yang minta difotokan kondisi jenazah."
"Sebab, secara prosedur tidak dibolehkan ikut menyaksikan, sontak NAS ini emosi dan memegang gunting," terangnya kepada Tribunpantura.com, di Polsek Ambarawa, Kabupaten Semarang, Sabtu (24/7/2021)
Lebih lanjut, AKP Komang menjelaskan dari hasil keterangan saksi-saksi tidak ada niatan pelaku melukai tenaga kesehatan.
Hanya saja, karena emosi sesaat ditambah antisipasi petugas keamanan rumah sakit terjadi keributan.
Ia menambahkan, atas kasus itu pihak keluarga maupun perwakilan RSUD Ambarawa membuka mediasi agar masalah yang ada tidak berkepanjangan dan justru berdampak negatif terhadap keluarga almarhum.
"Tetapi memang harus kami akui akibat kejadian itu ada luka-luka pada bagian tangan nakes karena saat itu sempat terjadi perebutan gunting sampai patah," katanya
Pihaknya menyatakan, pelaku sendiri emosi karena khawatir terjadi salah urus dalam pemulasaran jenazah akibat termakan informasi hoaks seperti adanya kabar pengambilan organ milik almarhum.
Dia menegaskan, pada saat kejadian juga tidak terjadi pemukulan terhadap nakes hanya adu badan dengan Satpam RSUD karena berebut gunting yang dikhawatirkan disalahgunakan pelaku.
"Itu reflek saja sebenarnya, ingin mengamankan gunting yang dipegang pelaku."
"Gunting sendiri didapat pelaku dilokasi RSUD karena selesai dipakai memotong label tabung," ujarnya
AKP Komang menerangkan, pasien Covid-19 yang meninggal tersebut karena rumah sakit kehabisan tabung oksigen.
Sehingga, pasien tidak dapat ditangani secara maksimal, sementara kondisinya sudah cukup parah. (ris)