Berita Slawi

Cerita Pelaku Usaha di Guci Terdampak PPKM, Jual Motor untuk Makan, Anak Terpaksa Berhenti Kuliah

Cerita Pelaku Usaha di Guci Terdampak PPKM, Jual Motor untuk Makan, Anak Terpaksa Cuti Kuliah

Tribunpantura.com/Desta Leila Kartika
Suasana di area pasar yang ada di objek wisata Guci Kabupaten Tegal terlihat sepi dan tertutup rapi, tidak ada aktivitas penjual dan pembeli, Kamis (29/7/2021). 

Sono berharap, objek wisata bisa dibuka atau beroperasi kembali. Sehingga pelaku usaha bisa mulai berdagang atau membuka usahanya kembali. 

Karena menurutnya, saat ini masyarakat setres atau sakit bukan karena Covid-19 tapi malah setres karena tidak bisa membuka usaha, tidak ada penghasilan, karena dimana-mana akses juga ditutup. 

"Ya alhamdulillah kemarin sudah dapat bantuan beras 20 kilogram, tapi ya namanya saya keluarga besar beras saat ini sudah habis," katanya.

Pemilik Warung Nasi di area Wisata Guci, Rohati (38), juga mengaku terdampak penutupan objek wisata Guci bahkan ia sampai menjual kedua motor nya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan menutup tanggungan modal usaha nya.

Membuka warung nasi sejak tahun 2011, biasanya Rohati beroperasi sejak pukul 06.00 WIB - 17.00 WIB. 

"Sekarang kondisinya sangat sepi, selain wisata ditutup warga sini juga sedang kesulitan. Biasanya saya bisa mendapat uang Rp 200 ribu per hari, sekarang untuk dapat Rp 100 ribu saja sangat sulit," jelas Rohati.

Tidak hanya menjual sepeda motor miliknya, untuk bisa memenuhi kebutuhan sehari-hari dan keperluan lainnya, Rohati juga meminjam uang di koperasi setempat.

Terlebih sang suami pekerja serabutan atau kuli bangunan jika ada yang meminta bantuan baru ada pekerjaan.

Menjual masakan jadi atau yang sudah matang, setiap harinya Rohati harus mengganti menu makanan supaya tidak bosan.

Sehingga jika masakan yang ia jual tidak habis, maka biasanya akan ia bawa pulang dan dikonsumsi sendiri bersama keluarganya.

Jika masih tersisa, maka mau tidak mau harus dibuang karena tidak tahan lama dan tidak mungkin dioalah lagi.

"Ya bagaimana lagi, pemasukan sangat berkurang akhirnya apa yang saya punya dan bisa dijual ya jual saja."

"Saya jual motor pertama sebelum PPKM itu laku Rp4 juta dan setelahnya saya jual lagi satu motor untuk tutup modal dan bayar hutang laku Rp4 juta."

"Sehingga saya sangat berharap wisata bisa kembali dibuka dan ramai pengunjung lagi," harapnya.

Dampak dari berkurangnya pendapatan bahkan sama sekali tidak ada pendapatan, Rohati bercerita, anak pertamanya yang bernama Laelatul Inayah (20) sementara sampai harus berhenti kuliah atau cuti karena tidak ada biaya.

Ia dan suami tidak mampu membayar semesteran sang anak yang mencapai Rp 4 juta per semester.

Sang anak baru memasuki semester dua, kuliah di Fakultas Bahasa dan Seni Unnes, dan bercita-cita ingin menjadi guru.

Halaman
123
Sumber: Tribun Pantura
Berita Terkait

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved