Berita Salatiga

25 Tahun Bertahan Jadi Kusir Andong di Salatiga, Mbah Simuh Sukses Sekolahkan 7 Anaknya

25 Tahun Bertahan Jadi Kusir Andong di Salatiga, Mbah Simuh Sukses Sekolahkan 7 Anaknya. dokar delman

Penulis: M Nafiul Haris | Editor: yayan isro roziki
Tribunpantura.com/Nafiul Haris
Seorang penarik dokar sedang menunggu pelanggan di sekitaran Alun-alun Salatiga, Selasa (3/8/2021). 

Mbah Simuh bekerja sebagai kusir andong sejak muda. Kini setidaknya sudah 25 tahun Mbah Simuh menarik delman di Salatiga. Dari hasil narik andong, Mbah Simuh sukses menyekolahkan 7 anaknya.

TRIBUNPANTURA.COM, SALATIGA - Andong saat ini bisa jadi sudah tidak populer lagi sebagai alat transportasi umum di berbagai wilayah di Nusantara.

Namun demikian, keberadaan andong atau delman dan para kusirnya masih cukup banyak dijumpai di Kota Salatiga, terutama di dekat Alun-alun Pancasila dan Pasar Raya. 

Satu dari puluhan kusir andong di Kota Salatiga yang masih bertahan adalah Simuh (57) atau akrab disapa Mbah Simuh.

Dia mengaku tetap memilih profesi sebagai kusir lantaran hanya itu usaha satu-satunya. 

Mbah Simuh mengaku telah bekerja sebagai kusir andong sejak 1996 dari tarif jasa menaiki delman sekira 500 rupiah sampai sekarang Rp25 ribu. 

"Ya kalau dihitung-hitung hampir 25 tahun ada. Saya bertahan meski sudah banyak angkutan umum, sekarang ojek online semakin modern."

"Tapi, ini usaha yang saya rintis sejak muda, itu alasannya," terangnya kepada Tribunpantura.com, di lokasi, Selasa (3/8/2021) 

Selain itu lanjutnya, berkat menjadi kusir andong pula ia dapat menyekolahkan tujuh orang anaknya.

Sehingga, dirinya seringkali mengurungkan niatnya, untuk berpindah profesi. 

Dia menyatakan, dalam kondisi sulit ditambah dampak adanya pandemi virus Corona (Covid-19) memang mempengaruhi pendapatan.

Terlebih kata dia, konsumen andong sangat terbatas hanya orang-orang yang melakukan wisata ke Kota Salatiga

"Aslinya konsumen kami itu kelas menengah keatas, tapi pelaku wisata atau orang Jakarta yang memiliki saudara di Salatiga."

"Tapi, adanya PPKM ya sekarang sepi, jadi kami sering berpindah pangkalan," katanya

Mbah Simuh mengungkapkan, dalam sehari sebelum adanya pandemi Covid-19 dia dapat mengantongi uang Rp150.000-Rp200.000.

Sekarang kata dia, mendapatkan hasil Rp50 ribu mulai mangkal dari pukul 08.00 WIB hingga 15.00 WIB sangat susah. 

Meski demikian, dirinya percaya apabila seseorang selalu berusaha dan tidak putus asa akan mendapatkan hasil yang setimpal. Karena itu, meski sedang sepi penumpang dia rutin mangkal. 

Sumber: Tribun Pantura
Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved