Berita Slawi

Kenalkan, Ini Merpati 'Rampok' Asal Kramat Kabupaten Tegal, Harga Jualnya Capai Rp2 Miliar

Kenalkan, Ini Merpati 'Rampok' Asal Kramat Kabupaten Tegal, Harga Jualnya Capai Rp2 Miliar

TribunPantura.com/Desta Leila Kartika
Yunius Martin atau yang kerap disapa om Yun, saat menunjukkan burung merpati miliknya yang bernama Rampok (kanan) berbulu putih dan sedikit corak abu-abu, Jumat (19/11/2021). Adapun burung merpati berusia 3 tahun ini memiliki harga jual mencapai Rp2 miliar. 

TRIBUN-PANTURA.COM, SLAWI - Berawal dari hobi sejak kecil yang ia warisi dari sang ayah, siapa sangka di masa depan menjadi bisnis yang menjanjikan bagi Yunius Martin, warga Kabupaten Tegal.

Bahkan, ia sampai bisa memiliki burung merpati bernama 'Rampok' yang harga jualnya mencapai Rp2 miliar. 

Yunius Martin adalah pemilik toko merpati Baron yang juga sering mengikuti kompetisi burung merpati atau yang lebih dikenal dengan nama burung dara. 

Pria berusia 41 tahun ini, membagikan kisahnya merintis usaha dan menjalankan hobi yang berkaitan dengan burung merpati. 

Om Yun, panggilan akrabnya, mengaku mulai tertarik dengan lomba merpati sejak usia 6 tahun, karena diajak pertama kali oleh sang ayah.

Kemudian berlanjut sampai ia berkuliah dan mulai beternak burung merpati di kos-kosan sebanyak 10 ekor. 

Dari 10 ekor burung merpati yang om Yun ternak, sampai saat ini terus berkembang bahkan mencapai kurang lebih 1.100 ekor burung merpati. 


"Saya belum ngecek lagi, tapi terakhir Februari 2021 kemarin jumlahnya kurang lebih 1.100 ekor."

"Karena jumlah terus bertambah, maka saya punya dua kandang yaitu satu disini (Mejasem Kabupaten Tegal) dan satunya di daerah Kapten Ismail Kota Tegal," tutur Yunius, pada Tribun-Pantura.com, Jumat (19/11/2021). 


Lokasi kandang merpati yang juga sebagai toko merpati Baron milik Yunius berlokasi di Jalan Pala Raya 16, nomor 300, Mejasem Barat, Kecamatan Kramat, Kabupaten Tegal

Luas lahan 250 meter per segi terdiri dari dua lantai yang semuanya berisi kandang-kandang burung merpati. 


Memiliki burung merpati mencapai ribuan, setiap bulannya menghabiskan biaya operasional mencapai sekitar Rp50 jutaan. 

Biaya tersebut rinciannya sudah termasuk membeli 1 ton jagung untuk pakan burung, menggaji 12 karyawan yang upahnya minimal UMR daerah, dan operasional lainnya. 


"Kalau membahas harga jual burung merpati, tahun 2021 ini bisa dibilang harga yang paling fenomenal dibandingkan tahun-tahun sebelumnya."

"Jika dulu hobi burung merpati atau dara dianggap "ndeso" tapi untuk sekarang ini saya jual anakan saja minimal Rp4 jutaan per ekor," jelasnya. 


Ada satu hal yang cukup menarik perhatian dari sosok Yunius Martin ini, hal ini karena ia memiliki satu ekor burung merpati bernama Rampok yang harga jualnya mencapai Rp2 miliar. 


Tentu harga jual mencapai Rp2 miliar untuk seekor burung merpati bisa disebut sangat fantastis dan sejauh ini yang termahal. 


Karena rekor sebelumnya harga jual burung merpati termahal ada di Pekalongan bernama Jaguar dengan harga Rp1,5 miliar. 


Dikatakan, khusus untuk "Rampok" pemilik bukan hanya Yunius saja melainkan bersama dengan dua orang lainnya.


Sementara Rampok baru datang atau dirawat di kandang milik Yunius sekitar dua minggu yang lalu. 


"Jadi saya dan dua orang rekan yang lain membeli Rampok awal menawar Rp1,7 miliar, namun pemiliknya tidak mau dan kekeh minta harga Rp2 miliar."

"Saya jujur tidak tahu harga persisnya berapa, tapi karena harga segitu saja tidak mau ya estimasi Rp2 miliar," terangnya.


Faktor yang menyebabkan harga jual Rampok cukup mahal, menurut Yunius karena burung merpati yang berusia tiga tahun ini sering menjuarai lomba di Jakarta sampai tak terhitung jumlah prestasinya. 


Kemudian Rampok hijrah bermain di Pekalongan, Semarang, dan daerah lainnya sekitar sebulan yang lalu dengan prestasi tak kalah saat di Jakarta. 


Membahas keistimewaan yang dimiliki Rampok, burung yang memiliki bulu putih halus dan sedikit corak abu-abu di bagian lehernya, mau dibawa ke perlombaan dimana pun dan kapan pun pasti berhasil meraih juara. Selain itu juga jenis burung penurut.


Jika kualitas kecepatan, om Yun mengakui banyak burung yang jauh lebih baik dibandingkan Rampok, tapi kalau membahas kepandaian untuk setingkat Rampok belum ada yang menandingi.


"Barometer merpati di Indonesia itu ada di Jateng tepatnya di Tegal, Brebes, dan Pekalongan."

"Jadi ketika ada burung dari mana pun datang dan menjuarai event di beberapa daerah yang saya sebutkan tadi, maka harga jualnya pasti melambung dan diburu oleh penghobi merpati," paparnya. 


Pada kesempatan ini, om Yun juga ingin menyampaikan pesan bahwa perlombaan merpati kolong merupakan asli Indonesia, karena sekarang ini semakin banyak diminati jangan sampai suatu hari nanti diklaim oleh negara lain. 


Sehingga ia menginginkan perhatian khusus dari pemerintah terkait hal tersebut. (dta)

Sumber: Tribun Pantura
Berita Terkait
  • Ikuti kami di

    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved