Kecelakaan Nagreg

Ihwal 3 Oknum TNI Buang Korban Kecelakaan, Puskampol: Dalami Motifnya, Ada yang Coba Disembunyikan

Ihwal 3 Oknum TNI Buang Korban Kecelakaan, Puskampol: Dalami Motifnya, Ada yang Coba Disembunyikan. puskampol unnes puskampol andy suryadi

Penulis: iwan Arifianto | Editor: yayan isro roziki
Istimewa/net
Kolase foto: mobil Panther hitam bernopol B 300 Q yang menabrak Handi Harisaputra (17) dan Salsabila (14) (kiri), sosok penabrak (kanan). 

TRIBUN-PANTURA.COM, SEMARANG - Pusat Kajian Militer dan Kepolisian (Puskampol) Indonesia, turut menyoroti kasus tiga oknum anggota Tentara Nasional Indonesia (TNI), yang berperilaku sangat kejam, di luar nalar kemanusiaan.

Koordinator Puskampol, Andy Suryadi, menyatakan motif tiga oknum TNI --bahkan satu di antaranya adalah lulusan Akademi Militer (Akmil)-- perlu dicermati dan didalami lebih lanjut.

Menurut dia, sesuatu yang tak masuk akal tiga oknum TNI tersebut memilih melakukan tindakan kejahatan yang menimbulkan risiko lebih berat, yakni pembunuhan berencana dengan membuang dua korban kecelakaan.

Logisnya, mereka bertanggungjawab dengan menyelesaikan kasus kecelakaan tersebut secara baik-baik, dengan melibatkan pihak-pihak terkait.

"Kalaupun sampai pengadilan, umumnya divonis ringan bahkann bisa jadi hanya hukuman percobaan jika sudah ada islah antarpihak terkait."

"Namun, ketiga aparat ini akhinya kompak menyikapi insiden tersebut dengan langkah sadis dan syarat resiko, ini ada apa? Tentu ini menjadi pertanyaan besar, yang sampai saat ini belum terjawab."

"Apakah ada sesuatu aktivitas atau kemungkinan risiko lain lebih besar yang coba dihindari, apakah ada suatu tindakan yang unprosedural --sebelum kecelakaan terjadi-- yang dilakukan ketiganya, ini harus ditelusuri."

Mengingat tiga anggota TNI tersebut berasal dari satuan yang berbeda dan berjauhan lokasi dinasnya, meskipun belakangan diketahui Kolonel P pernah berdinas di jajaran Kodam IV/Diponegoro.

"Kita tau prajurit TNI ataupun Polri itu tak semudah orang biasa ketika bepergian ke luar kota, ada proses dan prosedur yang harus ditempuh," ucapnya.

Dugaan, dugaan ada sesuatu hal lebih besar yang coba ditutup-tutupi oleh ketiganya patut dikedepankan, mengingat ketiganya memilih membuang korban kecelakaan, pilihan yang tentu menimbulkan risiko lebih besar.

"Terlebih, di antara ketiganya ada seorang kolonel, yang tentu punya pertimbangan lebih," ujarnya.

Dugaan, apakah ketiganya saat itu di bwah pengaruh obat-obatan terlarang juga perlu didalami.


Tak peka media sosial

Andy juga menyebut tragedi tersebut menjadi bukti betapa aparat di Indonesia baik TNI maupun Polri tak peka bermedia sosial.

Rendahnya kepekaan aparat yang dimaksud dosen Unnes itu bukan berarti aparat gagap teknologi (gaptek) sehingga tak bisa bermain media sosial.

Sumber: Tribun Pantura
Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved