Berita Pati
Penggusuran Lokalisasi LI Pati Sisakan Eks Kafe Karaoke Permata, Berdalih Sudah Diwakafkan Ponpes
GP Ansor Kabupaten Pati mempertanyakan keberadaan ponpes yang tiba-tiba ada di kawasan LI. Diduga tu sebagai tameng agar bangunan tak dirobohkan.
Penulis: Mazka Hauzan Naufal | Editor: Moch Anhar
TRIBUNPANTURA.COM, PATI - Pemerintah Kabupaten Pati telah menggusur sekira 70 bangunan di kawasan prostitusi Lorok Indah alias Lorong Indah (LI), Margorejo, Kamis, (3/2/2022) kemarin.
Penggusuran dilakukan dengan dua alasan. Pertama, karena bangunan di LI tidak ada yang ber-Izin Mendirikan Bangunan (IMB).
Sesuai pasal 70 ayat 2 huruf c Peraturan Daerah (Perda) Kabupaten Pati nomor 9 tahun 2012, bangunan gedung dapat dibongkar apabila tidak memiliki IMB.
Kedua, Lorok Indah berada di lahan pertanian pangan berkelanjutan.
Hal ini mengacu pada Perda tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Pati tahun 2010-2030.
Baca juga: Kecelakaan Karambol di Tol Jatingaleh Semarang, Sopir Truk Tronton Kaget Ada Antrean Kendaraan
Baca juga: Emak-emak Nyetir Brio di Semarang, Senggol Gerobak Bakso, Barang Dagangan Tumpah Semua
Penggusuran dilakukan untuk mengembalikan fungsi kawasan LI sebagai lahan pertanian berkelanjutan.
Ketua Gerakan Pemuda (GP) Ansor Kabupaten Pati, Itqonul Hakim, mendukung penuh langkah yang telah dilakukan Pemkab Pati tersebut.
Ia setuju pemerintah daerah menggusur habis bangunan di sana, sekalipun terdapat satu bangunan yang telah diwakafkan pemiliknya kepada pondok pesantren.
Pantauan TribunPantura.com di lapangan pada Jumat (4/2/2022) siang, bangunan bekas Kafe Karaoke Permata milik Musyafak itu baru sebagian yang dibongkar.

Sebelumnya, bangunan itu telah diwakafkan untuk Pondok Pesantren Yayasan An-Nuriyah Soko Tunggal asuhan KH Nuril Arifin Husein, yang lebih dikenal dengan nama Gus Nuril.
Bahkan, sebelum Pemkab Pati melakukan eksekusi penggusuran, bangunan telah dipasangi spanduk Pondok Pesantren An-Nuriyah 7.
Itqon menilai, pemasangan plang pondok pesantren hanya menjadi tameng untuk menghalangi upaya penggusuran.
"Memang tidak kita pungkiri, bahwa di situ terpampang plang pondok pesantren. Juga ada foto-foto kiai khos.
Namun, dari sumber info valid menyebutkan bahwa plang pondok pesantren itu baru dipasang setelah Pemda merespons aspirasi semua pihak dengan kebijakan perobohan kawasan prostitusi LI, mengacu pada aturan-aturan yang ada.
Siapapun boleh mengecek ke warga Pati, begitu mendengar kata Lorok Indah maka sudah pasti itulah sarang prostitusi," tegas dia saat dikonfirmasi TribunPantura.com, Jumat (4/2/2022).
Itqon beranggapan, ada oknum yang sengaja bermain-main dengan menggunakan pesantren sebagai perisai untuk menghindari proses penertiban LI.
"Na'udzubillah, jika ada manusia yang tega menggunakan pesantren sebagai bumper prostitusi. Saya ini lahir di lingkungan pesantren, belajar juga di pesantren, pulang pun tinggal di lingkungan pesantren, jadi paham betul dengan pesantren.
Dan dipastikan kawasan LI itu tidak ada pesantren, adanya prostitusi yang nyamar jadi pesantren, biar tidak dirobohkan oleh Pemda," tegas dia.
Dia menambahkan, bangunan itu bukanlah pesantren, melainkan bangunan bertingkat dengan kamar-kamar yang identik dengan nuansa prostitusi.
Baca juga: PSIS Semarang Ingin Lawan Persik Kediri Momentum Pelampiasan usai Main Imbang dengan Persebaya
Baca juga: Bupati Agung Serahkan Bantuan untuk Korban Puting Beliung di Desa Karangsari dan Gambuhan Pemalang
"Banyak alat kontrasepsi, kami temukan di lokasi. Saya juga ada di lokasi saat pembongkaran LI," tandas dia.
Ia menegaskan, GP Ansor Pati bagaimanapun tetap mengapresiasi langkah tegas Pemkab Pati dalam penertiban LI.
"Selamat untuk seluruh warga Pati karena mendapatkan kado istimewa di tanggal 1 Rajab dari pemerintah daerah, yakni pembongkaran kawasan prostitusi, tempat penyebaran HIV AIDS terbesar di Kabupaten Pati," tandas dia.
Di sisi lain, Pengasuh Pondok Pesantren An-Nuriyah 7 Pati Khoirul Annas mengatakan, sebetulnya bangunan eks Kafe Permata yang pihaknya tempati kemarin nyaris dirobohkan oleh lima alat berat.
Namun, baru sebagian kecil bangunan yang berhasil dirobohkan.
Pembongkaran tidak jadi dituntaskan setelah Gus Nova, putra Gus Nuril, melakukan perlawanan.
"Bupati dan jajarannya jadi berpikir ulang, ini bangunan sudah diwakafkan, kok mau digusur tanpa perundingan lebih lanjut," kata Annas.
Ia menyebut, Gus Nova tiba di lokasi sekira pukul 15.00 WIB.
"Saat itu ekskavator masih di sini. Gus Nova lari bawa senjata, sepertinya keris, sambil meminta agar pembongkaran dihentikan," ucap dia.
Annas mengatakan, saat Gus Nova yang merupakan Senopati Patriot Garuda Nusantara (PGN) Jateng berlari ke arah alat berat, ia dan sejumlah rekannya mengejar.
"Jadi orang-orang (massa PGN), juga saya, mengejar. Jangan sampai terjadi hal tidak diinginkan karena luapan emosi Gus Nova," ujar dia.
Setelah Gus Nova "memaksa", akhirnya alat berat mundur teratur.
Menurut Annas, sebagian kamar santri sudah dibongkar.
Baca juga: Sambangi Rumah Bocah Tuna Rungu, Wali Kota Pekalongan Beri Bantuan Alat Dengar
Baca juga: PCINU Inggris Raya: Perlu Skema Agar Khidmah Diaspora Santri Bisa Lebih Maksimal
"Di pondok ini sudah ada santrinya sembilan. Paling besar usia 21 tahun, paling kecil kelas 4 SD. Tapi (saat hari penggusuran) saya ungsikan ke rumah saya di Kudus. Supaya mereka tidak melihat (penggusuran) ini," tutur dia.
"Saya harap, kita kan sama-sama orang Islam. Carilah jalan keluar terbaik. Sebelumnya juga kan sudah pernah audiensi. Katanya yang diwakafkan untuk pondok masih dirembug dulu, ditunda dulu pembongkarannya," tambah dia.
Menurut Annas, usai kejadian, Gus Nova sempat menghampiri Bupati Pati Haryanto, namun ia tidak tahu persis apa yang keduanya bicarakan. (*)