Berita Jateng
Ngaji Wayang Nusantara, Upaya Endro Dwi Cahyono Lestarikan Budaya Lokal
Pementasan Ngaji Wayang Nusantara digelar di Aula Sasono Kencono Roso Asih, Sapto Renggo Baru, Pati, Kamis (10/2/2022).
Penulis: Mazka Hauzan Naufal | Editor: muh radlis
TRIBUNPANTURA.COM, PATI - Pementasan Ngaji Wayang Nusantara digelar di Aula Sasono Kencono Roso Asih, Sapto Renggo Baru, Pati, Kamis (10/2/2022).
Lakon "Sirnaning Ampak-Ampak Pandowo" dibawakan oleh KH Ilham Supriyanto bersama dalang cilik Hammam Haidar.
Disaksikan secara langsung oleh tamu undangan terbatas, pagelaran ini juga disiarkan secara virtual.
Pementasan kesenian tradisional ini digelar oleh Anggota Komisi E DPRD Jawa Tengah Endro Dwi Cahyono bersama Setwan DPRD Jateng.
"Kami pilih kesenian tradisional ini karena saya wong Pati, cinta Pati.
Jadi saya cari yang khas Pati tapi tetap menggambarkan kemajemukan budaya nasional," ujar Endro.
Pada Desember 2021 lalu, Endro bersama Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Jateng juga pernah menggelar pementasan virtual kesenian tradisional ketoprak.
Ia menegaskan, pementasan seni tradisional perlu digalakkan untuk melestarikan kebudayaan nasional.
"Dewasa ini tantangan eksistensi budaya nasional menghadapi hal yang tidak ringan.
Seiring disrupsi teknologi informasi, Indonesia di tataran global hanya jadi konsumen kebudayaan asing.
Ada ketimpangan pertukaran budaya," ujar dia.
Endro menyebut, banyak anak muda saar ini lebih senang menonton produk kebudayaan asing, misalnya drama korea, ketimbang budaya asli sendiri.
"Supaya budaya kita tetap eksis, tidak dilindas budaya luar, perlu komitmen bersama.
Pemerintah memikirkan bagaimana membina, memajukan budaya supaya tetap dicintai anak cucu kita.
Masyarakat juga harus secara mandiri nguri-uri," ucap dia.
Namun demikian, lanjut Endro, kesenian tradisional perlu ditampilkan dengan inovasi tertentu yang tidak merusak substansi aslinya.
Hal ini agar pementasan seni tradisional lebih atraktif dan diminati.
Menurutnya, dalam rangka mempertahankan ekosistem budaya, kalau pelakunya tidak inovatif akan membosankan.
Orang tidak akan tertarik, sehingga lebih memilih budaya luar.
"Maka, kami tampilkan kesenian seperti Ngaji Wayang Nusantara ini.
Ada inovasi.
Ada budaya, ada syiar agama juga.
Menarik dan tidak monoton.
Saya harap hal semacam ini juga dilakukan pegiat seni yang lain.
Memodifikasi tanpa merusak substansi," ungkap dia.
Endro menyadari, hal yang ia lakukan ini masih sangat kurang.
Namun, ia meyakini hal sekecil apapun harus dilakukan sebagai bentuk kepedulian pada budaya bangsa.
Selain itu, pementasan ini juga ia maksudkan untuk membantu para pekerja seni yang selama pandemi Covid-19 mengalami kesulitan.
"Meskipun sedikit, mudah-mudahan bisa meringankan.
Supaya orang-orang yang terlibat di dalamnya bisa bertahan pada masa pandemi ini.
Kemudian ketika situasi sudah normal, nanti bisa berkarya lebih maksimal lagi," jelas Endro.
Pementasan kesenian ini juga sebagai alternatif tontonan bagi masyarakat yang haus akan hiburan di masa pandemi yang sangat membatasi aktivitas ini.
Sementara, pemerhati kebudayaan, Paryanto, menilai pementasan ini merupakan sesuatu yang sangat diimpikan pada seniman pati.
"Harapannya ke depan para seniman bisa terus berinovasi.
Tontonan dan tuntunan dikolaborasikan jadi satu.
Seperti Ngaji Wayang Nusantara ini, menyampaikan ilmu agama lewat kesenian tradisional wayang kulit," tandas dia.
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/pantura/foto/bank/originals/Pementasan-Ngaji-Wayang-Nusantara-di-Aula-Sasono-Kencono-Roso-Asih-Sa.jpg)