Berita Slawi
Ini Beberapa Lokasi di Kabupaten Tegal yang Terkenal dengan Kisah Mistisnya
Kabupaten Tegal tidak hanya dikenal memiliki wisata unggulan seperti Pemandian Air Panas Guci, maupun kuliner tahu aci nya saja, tapi juga
Penulis: Desta Leila Kartika | Editor: muh radlis
Lokasi danau Beko sendiri, dulunya merupakan area perbukitan biasa.
Kemudian setelah ada aktivitas penambangan atau digali menggunakan alat berat backhoe, terbentuklah danau yang terisi air saat musim hujan.
Sedangkan saat musim kemarau air akan surut.
Menurut Sustoro, warga yang sudah bekerja 30 tahunan di daerah tersebut, setelah menjadi danau Beko banyak kejadian yang tidak bisa dimengerti atau diterima nalar.
"Pernah ada peristiwa tiga orang mau mandi tapi setelahnya tidak bisa keluar. Akhirnya ditolong oleh orang yang bisa berenang. Adapun mitos yang paling santer di danau Beko yaitu siluman ular dan kodok besar. Ada juga mitos sopir truk saat membawa muatan di sekitar danau melihat sosok wanita yang membawa gendongan (cepon). Tapi saat hendak diteliti lagi sosok tersebut sudah hilang tidak ada," ungkap Sustoro.
Sampai saat ini, danau Beko masih menjadi tempat wisata yang dikunjungi baik warga lokal Kabupaten Tegal dan sekitarnya maupun luar daerah.
3. Pabrik Gula (PG) Pangka
Gedung pabrik gula (PG) Pangka berlokasi di Desa Pangkah, Kecamatan Pangkah, Kabupaten Tegal yang dikelola atau dioperasikan oleh PT Perkebunan Nusantara (PTPN) IX Jawa Tengah.
PG Pangka merupakan salah satu bangunan yang didirikan pada zaman pemerintahan Belanda tepatnya sekitar tahun 1832.
Pabrik yang sudah berhenti beroperasi atau terhenti operasionalnya sejak tahun 2019 lalu ini, sudah terkenal angker sejak lama terutama bagi warga sekitar maupun lokal Kabupaten Tegal.
Bahkan pabrik ini juga pernah menjadi lokasi uji nyali untuk acara di salah satu stasiun televisi maupun konten youtube.
Cerita yang paling terkenal yaitu tentang sosok noni Belanda berparas hancur yang kerap menampakkan diri.
Kesan mistis dan menyeramkan semakin terasa apalagi saat malam hari.
Hal ini, mengingat proses produksi gula sudah berhenti sejak 2019 lalu sehingga pabrik yang memiliki area cukup luas terkesan sepi hanya terdapat pos penjagaan di bagian gerbang depan.
Belum lagi bangunan yang sudah terlihat sangat usang, di beberapa sisi sudah banyak tembok yang dipenuhi lumut maupun tumbuhan merambat, sehingga kesan lembab sangat terasa terutama saat memasuki halaman depan sebelum memasuki area utama pabrik.
Banyak mesin-mesin yang berukuran besar terjejer rapih tanpa adanya aktivitas karyawan.
Di pabrik PG Pangka juga terdapat jalur rel kereta yang saat masih aktif jalur tersebut digunakan sebagai sarana untuk menyalurkan tebu dari petani ke dalam pabrik.
Namun sejak tidak beroperasi lagi, maka jalur rel kereta tersebut tidak digunakan lagi dan terbengkalai.