Berita Pekalongan

Pemkot Pekalongan Target Angka Stunting Turun 17,92 Persen di Tahun 2022

Pemerintah Kota Pekalongan terus berupaya menurunkan angka prevalensi stunting di Kota Batik, salah satunya

Penulis: Indra Dwi Purnomo | Editor: muh radlis
IST
Bappeda Kota Pekalongan saat menggelar sosialisasi konvergensi penurunan stunting di aula Kecamatan Pekalongan Barat 

TRIBUNPANTURA.COM, PEKALONGAN - Pemerintah Kota Pekalongan terus berupaya menurunkan angka prevalensi stunting di Kota Batik, salah satunya melalui aksi konvergensi penurunan stunting.

Konvergensi didefinisikan sebagai sebuah pendekatan intervensi yang dilakukan secara terkoordinir, terpadu, dan bersama-sama di Kota Pekalongan sampai dengan tingkat kelurahan.

Hal ini diungkapkan Perencana Muda Bappeda Kota Pekalongan, Rr Murni Indah Wijayanti.


"Upaya konvergensi percepatan pencegahan stunting dilaksanakan mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, hingga pemantauan dan evaluasi terhadap program dan kegiatan," ungkap Murni, Rabu (23/3/2022).

 

Menurutnya, angka prevalensi stunting Jawa tengah rata-rata 20, 9 persen, dan di Kota Pekalongan mencapai 20,6 persen. Targetnya tahun 2022 ini turun menjadi 17,92 persen.


"Idealnya setiap tahun turun 1 persen, jika tahun 2024 ingin mencapai angka 12 persen maka harus turun 3 persen per bulan," ujarnya.


Kemudian, sebagai upaya menekan kasus stunting pihaknya menggelar Sosialisasi Saber (Sapu Bersih) angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB) serta penanggulangan masalah gizi di aula Kecamatan Pekalongan Barat.


Murni menjelaskan, konvergensi multi sektor percepatan pencegahan dan penurunan stunting harus ada intervensi dari sektor kesehatan (intervensi spesifik) sebesar 30 persen dan sektor non kesehatan (intervensi sensitif) sebesar 70 persen.

 

"Intervensi sektor kesehatan meliputi layanan PMT bagi bumil, KEK, dan bayi kurus, layanan pemberian tablet tambah darah bagi bumil dan remaja putri, layanan bumil K4, imunisasi dasar lengkap, ASI ekslusif dan MPASI, dan sebagainya," jelasnya.


Selanjutnya, intervensi sensitif meliputi penyediaan sanitasi yang layak, air minum layak, konseling gizi dan bina keluarga balita, layanan PAUD, program perlindungan sosial, kawasan rumah pangan lestari, dan sebagainya. 


"Dari data ada 12 kelurahan di Kota Pekalongan prevalensinya di atas rata-rata Kota yaitu wilayah Kecamatan Pekalongan Barat meliputi Kelurahan Pringrejo, Medono, dan Pasir Kraton Kramat.

Wilayah Kecamatan Pekalongan Utara meliputi Kelurahan Panjang Wetan, Krapyak, dan Kandang Panjang."


"Wilayah Kecamatan Pekalongan Timur meliputi Kelurahan Kalibaros, Klego, Setono, dan Kauman.

Selanjutnya, Wilayah Kecamatan Pekalongan Selatan meliputi Kelurahan Sokoduwet dan Jenggot.

Hal inilah yang harus ditekan melalui aksi konvergensi ini.

Harapannya stunting di Kota Pekalongan semakin menurun," imbuhnya.


Sementara itu, Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat, Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, dr Indah Kurniati mengungkapkan bahwa saber AKI dan AKB perlu dilakukan melalui deteksi dini pada ibu hamil, bayi, dan balita.


"Kegiatan deteksi dini resiko tinggi, pemeriksaan, serta penatalaksanaan lanjutan pada ibu hamil, bayi dan balita dapat dilakukan oleh bidan dan dokter spesialis kebidanan atau spesialis anak," katanya.

 

Disebutkan dr Indah, kegiatan saber dilakukan di 4 wilayah kecamatan yakni Kecamatan Utara di Puskesmas Dukuh, Kecamatan Timur di Puskesmas Sokorejo, Kecamatan Barat di Puskesmas Medono, dan Kecamatan Selatan di Puskesmas Buaran.


"Kami melihat masih tingginya ibu dan bayi dengan risiko tinggi, anemia dan KEK juga mendominasi di setiap kecamatan, kasus kematian ibu tahun 2021 meningkat.

Begitu pula dengan kasus maternal covid yang meningkat," imbuhnya.

Sumber: Tribun Pantura
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved