Berita Purwokerto
Melihat Toko Emas Tertua di Purwokerto, Tempati Bangunan Dengan Arsitektur Belanda
Toko emas Djanoko Purwokerto menjadi bangunan tiga lantai yang sangat populer di masanya.
Penulis: Permata Putra Sejati | Editor: m zaenal arifin
Dalam perjalanannya gedung tiga lantai itu sempat mengalami pemunduran karena berdekatan dengan rel kereta api.
"Bangunan itu mundur sekitar 4 meter dari jalannya."
"Pertama mundur tahun 1960-an dan 1970-an karena dulu toko itu terlalu mepet rel kereta api," terangnya.
Ia mengatakan toko emas Djanoko bisa dianggap sebagai toko emas paling tua di Banyumas.
Patung Djanokonya sendiri dibuat pada 1969 dan masih mempertahankan bentuk aslinya.
Patung itu pun saat ini menjadi ikon toko emas Djanoko yang berada di persimpangan jalan Pasar Wage Purwokerto.
Pada 1950-an tidak hanya ada toko emas Djanoko yang ada di sana, melainkan ada deretan toko emas lain.
Toko-toko emas itu adalah Srikandi, Bima dan nama nama tokoh wayang lainnya seperti Kaleksanan, dan Pamitran, dalam satu deret.
"Di dalam rumahnya tembus-tembusan memang usaha toko emas sederet itu dalam satu usaha keluarga."
"Tapi sekarang sudah masing-masing."
"Hanya Djanoko yang menjual emas."
"Sementara lainnya sudah ganti usaha semua," katanya.
Keberadaan toko emas pada waktu itu seperti toko baju di masa sekarang, karena ada di mana-mana.
"Ada 70 toko emas sampai pasar di Pasar Pon, tapi sekarang lebih banyak orang baru sekitar 30 an di Pasar Wage."
"Adapun toko emas yang sudah sirna toko mas Kebumen, Indah, Engseng, Prayogi, Toko Mas Singa, toko Pantes, Permadi, Cakra, Mustika, Menjangan," paparnya.