Berita Jateng
Kisah Bupati Banyumas Achmad Husein Sampaikan Keberhasilan Kelola Sampah di Conference of Parties 27
Tidak ada hasil yang mengkhianati usaha, kalimat yang menggambarkan bagaimana perjuangan Bupati Achmad Husein
Penulis: Permata Putra Sejati | Editor: muh radlis
TRIBUNPANTURA.COM, PURWOKERTO - Tidak ada hasil yang mengkhianati usaha, kalimat yang menggambarkan bagaimana perjuangan Bupati Achmad Husein menangani sampah di Banyumas.
Sampah adalah permasalah umum yang banyak dihadapi berbagai daerah di Indonesia.
Pembuktian keberhasilan Bupati Achmad Husein adalah dengan menjadi pembicara di Conference of Parties (COP) 27 yang diselenggarakan di Sharm El Sheikh, Mesir, Senin (14/11/2022) lalu.
Kegiatan tersebut mengambil tema "Achieving Nationally Determined Contribution through Waste Management".
Bupati Husein ditunjuk sebagai narasumber karena dinilai berhasil menangani sampah di Banyumas.
Hal itulah yang membuat Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) RI tertarik dan menunjuknya sebagai perwakilan Indonesia.
"Itu adalah dialog problem solving dengan negara-negara di Dunia," ujar Husein menceritakan pengalamannya usai pulang dari Mesir kepada Tribunbanyumas.com, Minggu (27/11/2022).
Banyak yang mengakui terkait pengelolaan sampah, Banyumas menjadi role model yang cocok.
Dalam kegiatan tersebut ada dua pembicara, yaitu Bupati Banyumas, Ir Achmad Husein dan juga Presiden Direktur PT Solusi Bangun Indonesia (SBI) Lilik Unggul Raharjo.
Bupati menjelaskan konsep "Reduce, Reuse, Recycle" dan pemanfaatan sampah untuk energi adalah dua cara yang dilakukan pemerintah Indonesia menurunkan jumlah sampah yang dibuang ke TPA.
Hal ini sejalan dengan yang dilakukan oleh Banyumas.
Pengelolaan sampah di Banyumas dilakukan dengan membangun Tempat Pengelolaan Sampah Terpadu (TPST).
Kemudian menggunakan mesin pemilah sampah yang bisa memisahkan antara sampah organik dengan sampah plastik.
"Dari pembangunan TPST dan membeli mesin pirolisis pemusnah sampah, kerja sama dengan pengelola Refuse Derived Fuel (RDF).
Hingga Tempat Pembuangan Akhir Berbasis Lingkungan dan Edukasi (TPA BLE) yang ada di Desa Wlahar Wetan, Kecamatan Kalibagor," katanya.
Husein menceritakan keberhasilan pengelolaan sampah di Banyumas ini, bukan tanpa tantangan.
Semua itu berawal saat Kabupaten Banyumas pernah darurat sampah dengan ditutupnya Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah oleh masyarakat.
Tepatnya pada 2018 saat bupati cuti Pilkada ada protes dari masyarakat Banyumas mengenai masalah sampah.
Waktu itu tempat sampah ditutup masyarakat.
Kota Purwokerto penuh sampah hingga Alun-alun dan GOR pun digunakan tempat sampah.
"Hal tersebut yang membuat saya bersama semua pihak berfikir menjadikan Kabupaten Banyumas berhasil membangun kota tanpa TPA," terangnya.
Keberhasilan Banyumas dalam mengelola sampah saat ini diakui oleh banyak daerah.
Tercatat sudah 68 Kabupaten yang melakukan kunjungan ke Banyumas belajar soal pengelolaan sampah.
"Sekarang total sudah ada 68 Kabupaten studi banding ke Banyumas," imbuhnya.
Sebanyak 68 kabupaten kota itu studi banding di Banyumas ingin mempelajari bagaimana daerah yang sebelumnya darurat sampah kini menjadi Kabupaten percontohan.
Adapun pengelolaan sampah di Banyumas dilakukan dengan membangun Tempat Pengelolaan Sampah Terpadu (TPST).
Selain itu menggunakan mesin pemilah sampah yang bisa memisahkan antara sampah organik dengan sampah plastik.
Sehingga, tidak ada limbah sampah yang sampai di TPA.
Bupati menambahkan, sedang dirumuskan agar masyarakat ikut serta memilah sampah plastik.
"Ini baru ide, kalau masyarakat ada plastik, diguntingi saja.
Dimasukan dalam karung.
Kumpulkan, nanti campuran plastik apa saja kita akan beli Rp 500/kg," jelasnya.
Bupati mengatakan selanjutnya dia direncanakan juga akan menjadi pembicara di Thailand dalam waktu dekat, dan masih dalam keberhasilan menangani sampah di Banyumas.