Berita Tegal

Jadi Saksi Sejarah Warga Keturunan Tionghoa di Tegal, Ini Fakta Kelenteng Tek Hay Kiong

Kelenteng Tek Hay Kiong menjadi saksi perjalanan sejarah warga keturunan Tionghoa di Kota Tegal. Usianya kini sudah 2,5 abad atau 262 tahun.

TribunPantura.com/Fajar Bahruddin Achmad
Kelenteng Tek Hay Kiong yang beralamat di Jalan Gurami Kelurahan Tegalsari, Kecamatan Tegal Barat, Kota Tegal. 

TRIBUNPANTURA.COM, TEGAL - Kelenteng Tek Hay Kiong menjadi saksi perjalanan sejarah warga keturunan Tionghoa di Kota Tegal. Usianya kini sudah 2,5 abad atau 262 tahun.

Bangunan tersebut sudah ada sejak 1760.

Kelenteng tersebut beralamat di Kawasan Pecinan atau di Jalan Gurami Kelurahan Tegalsari, Kecamatan Tegal Barat, Kota Tegal. 

Pada saat perayaan Tahun Baru Imlek, warga keturunan Tionghoa di Kota Tegal akan memusatkan kegiatan-kegiatan di Kelenteng Tek Hay Kiong

Bahkan, mereka yang merantau di luar kota akan menyempatkan pulang kampung untuk berdoa.

Kelenteng tersebut memiliki sejarah panjang dengan warga keturunan Tionghoa di Kota Tegal. 

Termasuk menjadi saksi sejarah yang memotret interaksi warga keturunan Tionghoa dan masyarakat Kota Tegal. 

Chen Li Wei Dao Chang atau Pendeta Chen Li Wei mengatakan, Kelenteng Tek Hay Kiong dalam catatan yang ada dibangun oleh kapitan pertama di Tegal bernama Souw Pek Gwan, pada 1760.

Hal itu juga tertulis dalam catatan penelitian Claudine Salmon, seorang sinolog senior berkebangsaan Prancis.

Saat itu namanya masih Kelenteng Cin Jin Bio.

"Dari awal tempatnya di sini. Dewa yang dipuja dari awal juga masih sama Kongco Tek Hay Cin Jin atau dikenal dengan nama Kwee Lak Kwa," kata Chen Li Wei, Rabu (4/1/2023).

Chen Li Wei mengatakan, bangunan kelenteng saat itu belum sebagus sekarang. Setelah berganti empat kapitan lalu dilakukan renovasi besar-besaran, pada 1837. 

Saat itu yang memimpin adalah Kapitan Tan Koen Hway.

Dia mendatangkan ahli bangunan dari Tiongkok untuk merenovasi Kelenteng Cin Jin Bio

Termasuk dalam pembangunannya mendapat donasi dari rekannya Mayor Tan Le Gie dari Batavia dan Mayor Tan Keng Lin dari Semarang.

"Tahun itu terjadi renovasi total Kelenteng Cin Jin Bio hingga bentuk yang bisa kita lihat sekarang Kelenteng Tek Hay Kiong," ujarnya. 

Pusat Kegiatan

Chen Li Wei menjelaskan, Kelenteng Tek Hay Kiong dari masa ke masa selalu menjadi pusat segala kegiatan bagi warga keturunan Tionghoa di Tegal. 

Tidak hanya berfungsi sebagai tempat peribadatan. 

Termasuk tempat untuk menyalurkan kegiatan sosial dan berinteraksi.

Selain itu sejak dulu warga dan semua organisasi masyarakat Tionghoa selalu dipusatkan dan terkoordinir di kelenteng. 

"Di Tegal kelenteng juga hanya ada satu. Jadi ini sebagai pusat kegiatan etnis Tionghoa," ungkapnya. 

Chen Li Wei mengatakan, Kelenteng Tek Hay Kiong bahkan dulu pernah menjadi tempat pengungsian korban kerusuhan rasial, pada tahun 1950-an. 

Saat itu keturunan Tionghoa yang mengungsi adalah warga dari daerah selatan Tegal, seperti dari Margasari Kabupaten Tegal dan Bumiayu Kabupaten Brebes. 

Mereka kemudian dibuatkan kamp pengungsian yang saat ini menjadi gedung Sekolah THHK. 

"Tapi dulu kelenteng sempat sepi setelah peristiwa G30S PKI, banyak yang takut. Beberapa tahun kemudian lalu ramai dan hidup kembali," jelasnya. 

Sementara saat terjadi kerusuhan Mei 1998, menurut Chen Li Wei, Tegal menjadi daerah yang cukup aman bagi masyarakat keturunan Tionghoa

Saat itu kelenteng tetap buka seperti biasa.

Ia ingat betul, ada satu dua orang oknum yang mencoba menghasut dan memprovokasi warga Kota Tegal. 

Tetapi untungnya masyarakat tidak terprovokasi. 

"Kami bersyukur masyarakat Kota Tegal tidak terprovokasi adanya kerusuhan Mei 1998. Karena kami dalam kehidupan sehari-hari juga selalu berinteraksi dengan etnis lainnya," ungkapnya. 

Artefak Berusia Ratusan Tahun

Chen Li Wei mengatakan, Kelenteng Tek Hay Kiong belum mengalami perubahan lagi setelah renovasi terakhirnya, pada 1837.

Artefak berusia di atas 100 tahun juga masih tersimpan dan terawat rapi di dalam kelenteng. 

Antara lain seperti prasasti pendirian Kelenteng Tek Hay Kiong setelah renovasi oleh Kapitan Tan Koen Hway.

Kemudian ada syair pujian untuk dewa dan gambar bercerita di dinding.

"Gambar bercerita di dinding itu juga sudah ratusan tahun. Ada kisah perjalanan ke barat Sun Go Kong hingga kisah 24 anak berbakti," katanya. 

Chen Li Wei mengatakan, Kelenteng Tek Hay Kiong saat ini dikelola oleh Yayasan Tri Darma Tegal. 

Keberadaan yayasan tersebut untuk melindungi aset semua organisasi masyarakat Tionghoa yang pernah ada di Tegal.

"Sebagai catatan nama Tri Darma bukan nama yang artinya tiga ajaran."

"Tapi kita memaknainya, darma kepada Tuhan yang Maha Esa, darma kepada nusa dan bangsa, dan darma kepada masyarakat," jelasnya. (*)

Sumber: Tribun Pantura
Berita Terkait
  • Ikuti kami di

    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved