Berita Pekalongan
Cerita Kapolsek Karangdadap Pekalongan Ketika Operasi Balon dan Mercon: Petugas Dapat Makian Warga
Saat membawa balon udara di sepanjang jalan lokasi terjadinya ledakan petasan, petugas menerima sorakan dari warga yang tidak mengenakkan.
Penulis: Indra Dwi Purnomo | Editor: m zaenal arifin
TRIBUNPANTURA.COM, KAJEN - Sebelum terjadi tragedi ledakan petasan yang menewaskan satu anak dan 5 anak luka-luka, pada Sabtu (29/4/2023) TNI-Polri sudah melakukan operasi balon udara dan petasan di jalan tersebut.
Dari patroli tersebut, petugas berhasil mengamankan 4 buah balon udara berukuran besar dengan rincian 1 balon ukuran 2 meter, 1 balon ukuran 1 meter, dan 2 balon ukuran 30 meter dan ukuran 15 meter.
Akan tetapi, petugas hanya bisa mengamankan balon udara saja tidak bisa menemukan petasan.
"Saat Syawal, saya sudah memerintahkan kepada seluruh anggota Polsek untuk melakukan operasi petasan dan balon udara."
"Hal ini dilakukan karena penerbangan balon udara tanpa awak secara ilegal sangat membahayakan bagi dunia penerbangan."
"Hal tersebut tercantum dalam Permenhub No. 40 Tahun 2018 tentang penggunaan balon udara pada kegiatan budaya masyarakat," kata Kapolres Pekalongan AKBP Arief Fajar Satria, Senin (1/5/2023).
Usai mengamankan balon udara di Desa Jrebengkembang, Kecamatan Karangdadap, Kabupaten Pekalongan, petugas malah menerima sorakan dari masyarakat desa setempat.
Tapi, ini demi keselamatan masyarakatÂ
"Walaupun petugas mendapatkan caci maki dari warga sekitar karena mengamankan balon udara. Saya menekankan kepada anggota untuk tidak tersulut emosi, karena kita semua melakukan tugas dan saya legowo menerima caci maki dari warga sekitar," imbuhnya.
Kapolsek Karangdadap Iptu Turkhan menceritakan, sejak pagi subuh pada hari Sabtu (29/4/2023) tim gabungan melakukan operasi petasan dan balon udara.
Lalu, saat mengamankan balon udara di Desa Jrebengkembang ia disoraki warga sekitar karena mengamankan balon udara berukuran 30 meter dan 15 meter yang hendak dibawa ke Polsek Karangdadap.
Saat membawa balon udara di sepanjang jalan lokasi terjadinya ledakan petasan tersebut, pihaknya menerima sorakan dari warga yang tidak mengenakkan untuk petugas yang melakukan pekerjaan.
"Kata-kata yang dikeluarkan warga sekitar yaitu mengatakan 'polisi itu anjing, acara setahun pisan wae dioperasi, tidak menyenangkan, paling balon di bawa pulang untuk anaknya'."
"Dari cacian tersebut kami tidak menghiraukan dan kembali ke Polsek," katanya.
Kemudian, pada sekitar pukul 09.00 WIB ia menerima laporan dari perangkat desa Jrebengkembang bahwa ada anak yang terkena ledakan petasan.
"Lokasi ledakan petasan itu merupakan, lokasi yang dimana kita (Polri) disoraki warga sepanjang jalan tersebut usai mengamankan balon udara raksasa," imbuhnya.
Atas kejadian tersebut, pihaknya menyayangkan sikap warga kenapa tidak mau diimbau oleh petugas.
"Mestinya anak itu bisa kita selamatkan, apabila kita menemukan petasan tersebut," ucapnya.
Sementara itu, Dan pos Koramil Karangdadap Pelda Didik mengatakan, sebelum kejadian ini pihaknya bersama Polri sudah memberikan imbauan untuk tidak menyalakan mercon ataupun menerbangkan balon udara.
Akan tetapi, situasinya berbeda dan terjadi ledakan yang menewaskan satu anak dan 5 anak luka-luka.
"Imbauan kita tidak didengarkan oleh para kades," katanya. (*)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.