Berita Nasional
Penurunan Muka Tanah 3 Daerah di Jateng Ini Capai 18 Sentimeter Per Tahun, Ini Penyebab Utamanya
Pemerintah Kota Pekalongan menggelar kegiatan pameran inovasi dan kreativitas Kota Pekalongan di lapangan Mataram.
Penulis: Indra Dwi Purnomo | Editor: m zaenal arifin
TRIBUN-PANTURA.COM, PEKALONGAN - Seiring berakhirnya pandemi Covid-19, saat ini masyarakat Kota Pekalongan terus bergeliat untuk memulihkan perekonomiannya.
Namun, di sisi lain permasalahan terkait perubahan iklim di Kota Pekalongan tampak semakin nyata di wilayah ini, seperti permasalahan banjir karena curah hujan tinggi maupun rob, serta ditambah land subsidence yang relatif tinggi.
Permasalahan tersebut perlu ditangani secara kolaboratif baik dari pemerintah pusat, pemerintah provinsi Jawa Tengah dan pemerintah Kota Pekalongan.
Hal ini yang mendorong Pemerintah Kota Pekalongan bersama Kemitraan Indonesia menggelar kegiatan pameran inovasi dan kreativitas Kota Pekalongan di lapangan Mataram, Kamis (20/7/2023).
Baca juga: Pengakuan Sopir Truk Trailer yang Ditabrak Kereta Api Brantas: Saya Akui Salah Jalur
Eksekutif Direktur Kemitraan Indonesia, Laode M Syarif menyampaikan, permasalahan rob dan penurunan muka air tanah di Pekalongan dan pantai Utara Jawa bukan hanya masalah Indonesia.
Oleh karena itu, 1,5 bulan ada delegasi dari 20 negara yang hadir ke Pekalongan untuk melihat secara langsung kondisi nyata di Kota Pekalongan dan Jawa Tengah tentang bahaya banjir akibat perubahan iklim.
"Kami sangat sepakat dengan tema yang diangkat pameran inovasi dan kreativitas kali ini yakni salah satunya tentang sumber daya air, karena kita perlu tahu persis bahwa Pantai Utara Jawa seperti Pekalongan, Semarang, dan Demak."
"Penurunan muka tanah di ketiga daerah tersebut relatif tinggi sekitar 15-18 sentimeter per tahun."
"Penyebab utamanya adalah pemakaian sumber daya air tanah yang berlebihan. Untuk mengatasinya, agar masyarakat dan industri tidak menggunakan air tanah secara berlebihan," ucapnya.
Baca juga: Kecelakaan Beruntun Bus Pariwisata di Tol Pemalang-Batang, 1 Orang Meninggal Dunia dan 2 Luka-luka
Laode menilai, memang masyarakat sulit mengontrol perubahan iklim, tetapi sumber daya air ini sebenarnya masih bisa dilakukan.
Pasalnya, kontribusi peningkatan kenaikan air laut (sea lever rise) itu kurang dari 3 cm per tahun.
"Kali ini ada beberapa project Kemitraan yang mengimplementasikan Adaptation Fund dari beberapa kabupaten lain juga hadir di acara pameran ini."
"Semoga, kita dapat belajar dari keberhasilan dan tantangan yang dialami mereka, begitupula mereka bisa belajar dari Kota Pekalongan," imbuhnya.
Wali Kota Pekalongan Achmad Afzan Arslan Djunaid mengungkapkan bahwa, kegiatan pameran inovasi dan kreativitas ini sebenarnya sudah rutin digelar.
Namun, sempat ditiadakan karena adanya pandemi Covid-19 dan baru di tahun 2023 ini kembali dilaksanakan dengan bekerjasama Yayasan Kemitraan Indonesia.
Baca juga: Ironi SD Negeri di Batang pada Tahun Ajaran 2023/2024, Ada yang Tak Dapat Siswa Baru
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.