Berita Tegal
Hingga Agustus 2023, Ada Temuan 2.731 Kasus TBC di Kabupaten Tegal, Ini Ciri-cirinya
TBC masih ada dan perlu diwaspadai terlebih pada musim kemarau seperti saat ini.
Penulis: Desta Leila Kartika | Editor: m zaenal arifin
TRIBUN-PANTURA.COM, SLAWI - Sub-Sub Recipient (SSR) Tuberkulosis (TBC) Komunitas Mentari Sehat Indonesia Kabupaten Tegal, menyelenggarakan pertemuan tindak lanjut untuk optimalisasi pemenuhan standar pelayanan minimal (SPM) terkait layanan TBC di Kabupaten Tegal.
Kegiatan yang berlangsung selama dua hari sejak Selasa (5/9/2023) dan Rabu (6/9/2023) ini, diikuti kader komunitas dan pemangku kepentingan jejaring District-based Public Private Mix (DPPM) TBC di wilayah Kabupaten Tegal.
Adapun untuk lokasi acara sendiri yaitu di Grand Dian Hotel Slawi, Kabupaten Tegal, Jawa Tengah.
Ditemui di sela-sela kegiatan, Ketua Mentari Sehat Indonesia Kabupaten Tegal, Abdul Gofar Ismail menjelaskan, tujuan utama pertemuan kali ini dalam rangka penanggulangan dan pencegahan TBC khususnya di wilayah Tegal.
Hal itu seperti yang diketahui bahwa TBC ini masih ada dan perlu diwaspadai terlebih pada musim kemarau seperti saat ini.
TBC dikatakan Gofar masih menjadi musuh bersama, sehingga perlu peran serta semuanya baik dari kader Mentari Sehat Indonesia yang tersebar di 18 Kecamatan, maupun di 29 Puskesmas yang ada di Kabupaten Tegal.
Sejauh ini, kader Mentari Sehat Indonesia kurang lebih sekitar 55 orang dan semuanya bergerak melakukan pencegahan dan penanganan TBC.
"Sehingga harapannya lewat kegiatan kali ini, bisa mendapat dukungan dari semua unsur ataupun stakeholder yang ada di Kabupaten Tegal. Tidak hanya Dinas Kesehatan ataupun dinas terkait, tapi juga unsur rumah sakit, dan lain-lain. Harapan kami, perlu dukungan dari semua pihak tidak hanya sekedar kata-kata tapi juga aksi nyata. Tidak hanya wacana, tapi sebuah rencana tindak lanjut sehingga Kabupaten Tegal sehat bisa terwujud dan dirasakan bersama," ungkap Gofar.
Membahas mengenai ciri-ciri seseorang terkena TBC, dikatakan Gofar salah satu ciri utamanya adalah batuk selama dua minggu atau lebih.
Batuknya sendiri bisa berdahak ataupun tidak berdahak.
Kemudian untuk ciri tambahannya yaitu ada sesak napas, dada sesak, berkeringat pada malam hari, nafsu makan berkurang, berat badan turun, dan lain-lain.
Sehingga ketika ditemui ciri-ciri tersebut, maka Gofar mengimbau agar masyarakat jangan langsung menghakimi atau bahkan menjauhi, melainkan harus membantu memeriksa ke fasilitas kesehatan terdekat.
Terlebih perlu diketahui bahwa pengobatan TBC ini gratis karena semuanya ditanggung oleh pemerintah, kecuali jika di rumah sakit ada administrasi atau pendaftaran lain sebagainya.
Namun untuk obatnya, Gofar menegaskan gratis selama obat didapat dari fasilitas kesehatan puskesmas maupun rumah sakit.
"TBC ini bisa menular ke siapapun, karena TBC adalah salah satu penyakit menular yang disebabkan oleh droplet (percikan pernapasan), ataupun lewat udara. Sehingga semuanya harus tetap hati-hati, waspada, dan ya kalau bisa tetap pakai masker," tegas Gofar.
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Tegal Ruszaeni mengungkapkan, situasi TBC di Kabupaten Tegal khususnya per Agustus 2023 ditemukan sebanyak 2.731 kasus TBC.
Sedangkan jika dikalkulasikan, penemuan kasus TBC di Kabupaten Tegal tertinggi kedua di tingkat Jawa Tengah.
Dengan kata lain, hasil tersebut menunjukkan adanya dampak pekerjaan atau upaya yang dilakukan kader, sehingga semakin banyak ditemui kasus TBC, maka semakin bagus untuk penanganannya.
"Menghadapi musim kemarau atau musim kering seperti sekarang ini, penyakit yang perlu diwaspadai ya salah satunya TBC ini. Selain itu juga ada infeksi saluran pernapasan atas (Ispa), karena pastinya penderita akan mengalami batuk sehingga tingkat penularan tinggi. Apalagi jika sudah kena Ispa masih ditambah ada TBC. Sehingga saya imbau masyarakat menjaga kesehatan, banyak minum air putih, dan tetap harus memakai masker," imbau Ruszaeni.
Adapun untuk Kabupaten Tegal yang terdapat kasus TBC tertinggi ada di wilayah Kecamatan Adiwerna, Margasari, dan Pangkah.
Sehingga upaya yang dilakukan untuk bisa menangani TBC khususnya di wilayah tersebut, dikatakan Ruszaeni pihaknya sedang menyiapkan inovasi dengan membuat Desa Siaga TB atau Tuberkulosis.
Nantinya akan dibahas terlebih dahulu bersama dengan kader, komunitas, melibatkan Kepala desa, BPD, camat, dan lain-lain.
Dalam pembahasan tersebut, nantinya mencoba di satu desa agar 100 persen penderita atau pasien yang mengalami batuk lebih dari 2 minggu, maka datang dan langsung melakukan Tes Cepat Molekuler TBC (TCM).
Sehingga nantinya bisa diketahui jumlah masus TBC ada berapa, dan nantinya diobati dan dikawal bersama kader kesehatan sampai benar-benar pulih atau sembuh.
Nantinya setelah dikembangkan di tingkat desa, jika memang berhasil maka lanjut ke tingkat kecamatan dan meluas ke tingkat Kabupaten Tegal.
"Untuk lokasi Tes Cepat Molekuler TBC (TCM) sejauh ini sudah ada 8 titik, rinciannya 2 di rumah sakit dan 6 puskesmas. Adapun 2 rumah sakit yaitu RSUD dr Soeselo Slawi dan RSUD Suradadi. Sedangkan 6 puskesmas yaitu ada di Kedungbanteng, Bumijawa, Dukuhwaru, Kalibakung, Dukuhturi, dan Adiwerna," terangnya.
Ketua Mentari Sehat Indonesia Jawa Tengah, Supriyanto, menerangkan setelah ditemui ada yang terkena TBC maka langkah yang dilakukan mulai pemberian layanan maksimal, kebijakan pemerintah masing-masing, dan pencatatan laporan juga tidak kalah penting.
Sehingga diketahui keberadaan pasien ada dimana, sehingga selama masa pengobatan bisa terpantau.
Karena seperti yang diketahui, proses pengobatan TBC harus dilakukan secara rutin selama enam bulan berturut-turut.
Ketika dalam prosesnya berhenti walaupun cuma satu kali, maka harus mengulang pengobatan dari awal lagi dan seterusnya.
Sementara layanan yang dimaksud, menurut Supriyanto yaitu terkait ketersediaan Obat Anti TBC (OAT).
"Terkait stok obat OAT ini tidak ada masalah dengan kata lain aman. Nah yang jadi masalah ini dari pasien nya sendiri, ada yang tidak mengaku terkena TBC karena stigma di masyarakat, takut dikeluarkan dari tempat kerja semisal jujur, dan lain sebagainya. Saya ingatkan, bagi penderita TBC ketika menjalani pengobatan, beraktivitas, wajib memakai masker. Hal itu untuk meminimalisir terjadinya penularan," pungkas Supriyanto. (*)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.