Berita Nasional
Ini Kota di Jawa Tengah yang Masuk Lima Kota Paling Toleran di Indonesia, Semarang Diantaranya
Indeks Kota Toleran menempati peringkat kelima Indeks Kota Toleran (IKT) 2023 dengan skor 6,230 yang digelar Setara Institute.
Penulis: Eka Yulianti Fajlin | Editor: m zaenal arifin
TRIBUN-PANTURA.COM, SEMARANG - Kota Semarang kembali melanjutkan tren positif dalam pemajuan toleransi.
Ibu Kota Jawa Tengah (Jateng) tersebut menempati peringkat kelima Indeks Kota Toleran (IKT) 2023 dengan skor 6,230 yang digelar Setara Institute.
Angka tersebut menunjukkan peningkatan dibanding 2022 silam dengan skor 5,783 yang menempati posisi ketujuh.
Pencapaian Kota Semarang terbilang progresif, sebab pada 2021 masih di peringkat 12 dari 91 kota di seluruh Indonesia.

Baca juga: 40 Petugas KPPS Desa Majingklak Cilacap Diduga Keracunan Makanan Usai Bimtek
Trofi dan sertifikat penghargaan diberikan secara langsung oleh Direktur Evaluasi Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP), Elfrida Herawati Siregar kepada Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol) Kota Semarang, Sapto Adi Sugihartono di Jakarta, Selasa (30/1/2024).
"Setara Institute selama ini memacu kami di Kota Semarang untuk terus menggelorakan semangat sebagai kota toleran," kata Sapto, mewakili Wali Kota Semarang, Hevearita Gunaryanti Rahayu.
Penilaian merujuk sinergi seluruh elemen kota dalam menata dan membangun toleransi di Kota Semarang.
Sinergi tersebut dinilai telah mengakselerasi implementasi misi pemerintah dalam menjamin kemerdekaan masyarakat.
Baca juga: Pemkab Pekalongan Terima Banprov Rp 79 Miliar pada 2024, Mulai Infrastruktur Jalan Hingga Mie Mocaf
Baik dalam menjalankan ibadah, pemenuhan hak, dan perlindungan kesejahteraan sosial serta hak asasi manusia (HAM) masyarakat secara berkeadilan.
"Kami masuk 10 besar baru tahun kemarin, dari peringkat 12 ke tujuh, dan Alhamdulillah sudah masuk peringkat kelima."
"Bukan paling baik, tetapi memang kami berusaha mewujudkan satu kota yang betul-betul nyaman untuk ditinggali," ujarnya.
Jaminan kemerdekaan menjalani ibadah itu, diterjemahkan melalui berbagai upaya, seperti pembangunan Semarang Religion Center berupa fasilitas publik untuk kegiatan seluruh agama di setiap kecamatan.
Termasuk penetapan rumah ibadah dari berbagai agama sebagai cagar budaya untuk memajukan hak-hak kelompok minoritas.
"Seperti yang dicita-citakan oleh Setara Institute tadi, bahwa kota yang kami bangun ini memang kota yang menjadi tempat kita tinggal. Maka kenyamanan inilah yang menyemangati kami di bawah bimbingan Ibu Wali Kota Semarang untuk terus merumuskan kegiatan-kegiatan toleran," katanya.
Baca juga: Moussa Sidibe Jadi Man of The Match Saat Persis Solo Lawan Madura United, Borong Tiga Gol Sekaligus
Kemudian aspek kebijakan penganggaran, peningkatan kapasitas masyarakat tentang moderasi beragama, dan wawasan kebangsaan di tingkat kelurahan, serta promosi pengarusutamaan gender secara terus menerus.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.