Lebaran 2024

Pawai Ogoh-ogoh Meriahkan Takbir Keliling di Buluroto Blora, Ada Naga Berkepala Tiga

Ratusan warga Desa Buluroto, Kecamatan Banjarejo, Kabupaten Blora, antusias mengikuti pawai ogoh-ogoh dalam rangka menyambut Idul Fitri 1445 Hijriah.

Editor: m zaenal arifin
Tribunpantura.com/Iqbal
Suasana pawai ogoh-ogoh di Desa Buluroto, Banjarejo, Blora, Selasa (9/4/2024) Malam. 

TRIBUN-PANTURA.COM, BLORA - Ratusan warga Desa Buluroto, Kecamatan Banjarejo, Kabupaten Blora, antusias mengikuti pawai ogoh-ogoh dalam rangka menyambut Idul Fitri 1445 Hijriah, Selasa (9/4/2024) Malam.

Para warga memadati sepanjang jalan Desa Buluroto, yang dijadikan rute pawai. 

Mulai dari anak-anak hingga orang dewasa nampak asyik menyaksikan beragam ogoh-ogoh yang melintas.

Di antaranya ogoh-ogoh berbentuk pesawat tempur, lebah, ikan, replika masjid, raksasa, serigala, dinosaurus, naga berkepala tiga, lampion Asmaul Husna, hingga semut merah raksasa.

Para peserta juga nampak menggunakan sound yang disusun di atas truk. Lalu menggemakan takbir secara bersama-sama. 

Titik start pawai dimulai dari Balai Desa Buluroto lalu berkeliling ke jalan beberapa dukuh, dengan Finish di Balai Desa Buluroto.

Pawai dimulai pada pukul 20.00, dan selesai sekira pukul 23.00.

Salah seorang panitia, Muhammad Syukron Makmun, mengatakan kegiatan pawai ogoh-ogoh pada malam takbiran merupakan agenda tahunan saat menjelang Idul Fitri.

"Untuk di Buluroto ini memang sebenarnya acara tahunan ya. Meskipun sempat vakum saat covid, tapi setelah covid reda, dan dari Pemkab boleh mengadakan takbir keliling, ini kita adakan lagi,"

"Apalagi sebenarnya warga sudah kangen, dan ini jadi ajang adu kreativitas antar dukuh yang ada di Desa Buluroto," katanya.

Ada enam dukuh di Buluroto, meliputi Sasak Dukuh, Sasak Ngrojo, Teleng, Sambiroto, Pojok, dan Karangnongko.

Sementara itu, terkait tema ogoh-ogoh yang akan ditampilkan sesuai kreativitas masing-masing dukuh.

"Ini kan ogoh-ogoh yang ditampilkan dari perwakilan dari masing-masing dukuh. Untuk tema mereka yang menentukan sendiri," jelasnya.

Untuk biaya, kata Syukron, berasal dari subsidi pemerintah desa dan swadaya masyarakat.

"Dari desa itu ada subsidi, masing-masing dukuh mendapat Rp750.000, tetapi karena memang kebutuhannya banyak, masing-masing dukuhan juga menggunakan iuran swadaya masyarakat," jelasnya.

Halaman
12
Sumber: Tribun Pantura
Berita Terkait
  • Ikuti kami di

    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved